Banyaknya produk yang memberi label contain no palm oil, dan palm oil free atau tidak mengandung minyak kelapa sawit dan bebas dari minyak kelapa sawit membuat beberapa tokoh khawatir. Salah satunya adalah Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kabul Wijayanto.
Dirinya mengaku sangat kecewa dengan produk dalam negeri, salah satunya cokelat, yang tidak mendukung produk dalam negeri sendiri, yakni kelapa sawit. Kabul menilai jika produk-produk yang tersebar di pasaran dengan label tanpa mengandung kelapa sawit merupakan black campaign atau kampanye negatif melalui produk makanan.
Adapun salah satu produk yang anti-sawit ditemukan pada produk cokelat buatan asli Bali yang disuguhkan di Hotel Ritz Carlton, Nusa Dua, Bali. Produk cokelat tersebut mengklaim jika ramah lingkungan, tidak mengandung susu atau kedelai, dan tidak mengandung minyak sawit.
“Ini bentuk ketidakpahaman (mereka terhadap) sawit sebagai komoditas strategis Indonesia dan kebaikan sawit bagi kehidupan. Ini juga semakin mempertegas komitmen untuk terus berperang dan berjuang dalam kampanye berkelanjutan sawit baik,” ucap Kabul kepada Warta Ekonomi, Senin (24/6/2024).
Pihaknya juga menyebut bahwa melawan kampanye negatif sawit melalui produk makanan merupakan pekerjaan rumah (PR) berkelanjutan bagi BPDPKS dan stakeholder lainnya untuk menyebarluaskan kebaikan sawit serta membantu kepentingan kelapa sawit.
Baca Juga: BPDPKS Kolaborasi, Hadirkan Pelatihan Budidaya Kelapa Sawit Guna Dongkrak Produktivitas Petani Sumut
“Tentu (perlu kerja sama) bersama seluruh pemangku kepentingan kelapa sawit seperti kementerian/lembaga sebagai regulator kelapa sawit, asosiasi petani petani kelapa sawit, asosiasi pengusaha kelapa sawit, lembaga pendidikan, peneliti dan lain-lain,” kata Kabul.
Klaim produk makanan yang tidak mengandung kelapa sawit ini merupakan salah satu kampanye negatif lantaran menganggap bahwa produksi kelapa sawit masih diwarnai dengan isu penebangan hutan besar-besaran (deforestasi), sehingga tidak ramah lingkungan.
Padahal, isu deforestasi tersebut telah dibantah oleh banyak pihak. Di satu sisi, Wilayah Indonesia justru merupakan penghasil carbon credit terbesar di dunia dan dapat menyerap karbon dioksida, bahkan penyerapannya terbesar di dunia. Salah satunya adalah melalui kelapa sawit.
Lantas, apakah minyak sawit memberikan dampak yang buruk?
Minyak sawit sama sekali tidak memberi dampak buruk kepada manusia karena berasal murni dari tumbuhan. Sejatinya, minyak nabati pohon jenis serabut itu banyak mengandung unsur protein dan vitamin yang berguna untuk kesehatan tubuh manusia.
Dilansir dari berbagai sumber, dalam satu sendok minyak sawit, terkandung sebanyak 120 kalori dan 13,6 gram lemak. Dan, tidak kurang dari 50% berisi lemak jenuh, 40% lemak tak jenuh tunggal dan 10% lainnya lemak tak jenuh ganda.
Baca Juga: Dukung Keberlanjutan Kelapa Sawit, BPDPKS Siapkan Lima Program Pokok Ini
Tak hanya itu, dalam sesendok minyak kelapa sawit, ada 2,17 mg vitamin E serta 1,1 mcg vitamin K. Untuk diketahui, vitamin E memiliki fungsi untuk menghambat radikal bebas dan mencegah penyakit jantung hingga kanker.
Sedangkan vitamin K bermanfaat untuk menghindari potensi mudah memar di kulit. Dikutip dari National Institutes of Health (NIH), orang yang kekurangan vitamin K akan mudah mengalami pendarahan, memar dan resistensi atau kekebalan terhadap antibiotic.
Sementara itu, kandungan lainnya adalah asam lemak omega-3. Manfaatnya yakni mengurangi risiko terkena penyakit jantung, kanker dan radang sendiri.
Manfaat lain dari Omega-3 adalah membantu fungsi ingatan, kognitif, dan perilaku. Sehingga, asam lemak omega 3 yang ditemukan dalam minyak kelapa sawit dapat membantu menjaga fungsi otak anda secara maksimal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: