Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengenal Vasektomi, Kontrasepsi Pria Minim Peminat dan Segala Mitosnya

        Mengenal Vasektomi, Kontrasepsi Pria Minim Peminat dan Segala Mitosnya Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Vasektomi bukanlah media kontrasepsi yang baru. dikutip dari jurnal Family Planning Information Service (1980), vasektomi ini sudah diperkenalkan sejak lama dan pertama kali dilakukan terhadap seekor anjing oleh ahli bedah dan anatomi asal Inggris, Astley Paston Cooper pada tahun 1823 silam.

        Reginald Harrison ahli bedah dari Inggris lainnya juga melakukan vasektomi terhadap manusia pertama. Namun, tindakan tersebut bukan untuk sterilisasi, melainkan mencegah atrofi prostat.

        Baca Juga: Satu Polis Untuk Sekeluarga ‘Zurich Family Gen Assurance’ Hadir Untuk Stabilitas Finansia Hingga Generasi ke-3

        Vasektomi selama Perang Dunia II pun dianggap sebagai metode pengendalian kelahiran. Alhasil, program vasektomi pertama dalam skala nasional kemudian diluncurkan di India pada tahun 1954.

        Penggunaan vasektomi di dunia menurut para peneliti dalam jurnal Global Health Science and Practice, 61% lebih rendah dibandingkan dua dekade silam. Dari 84 negara yang dijadikan sampel, hanya tujuh negara yang melaporkan prevalensi vasektomi di atas 2%.

        Angka vasektomi di Indonesia pun sangat rendah. Berdasarkan data dari Hasto Wardoyo selaku Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), hanya 0,3% pria saja yang melakukan vasektomi. Menurut Hasto, rendahnya angka vasektomi tersebut lantaran masih ada mitos bahwa vasektomi sama dengan kebiri sehingga mengakibatkan impoten.

        Direktur Bina Pelayanan Keluarga Berencana (KB) wilayah khusus BKKBN, Fajar Firdawati menambahkan jika vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi alternative bagi pria. Khususnya pada pasangan usia subur yang sudah tidak ingin lagi menambah anak.

        Adapun prosedur yang dilakukan dengan cara mengikat dan memutus saluran sperma atau vas deferens kanan dan kiri. Hal ini dilakukan agar cairan mani yang dikeluarkan saat ejakulasi tidak mengandung sperma. Dengan demikian, sperma yang dihasilkan testis tidak dapat disalurkan dan akan kembali terserap oleh tubuh.

        Vasektomi pun dilakukan dengan cairan pembiusan lokal sehingga aman bagi para pria yang hendak melakukannya.

        Baca Juga: Hasil Penelitian, Ternyata Pria IQ Rendah Rentan Selingkuh

        Setelah dilakukan vasektomi, cairan mani tidak dapat langsung steril dari sperma lantaran masih ada beberapa sisanya. Maka dari itu, tetap diperlukan kontrasepsi tambahan dengan menggunakan kondom selama tiga bulan pertama pasca-tindakan.

        “Vasektomi, dalam program (BKKBN) disebut juga kontrasepsi mantap (kontap), sangat efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari 99%. Kegagalan mungkin saja terjadi, namun angkanya sangat kecil, yaitu sekitar 1 per 1.000 dalam satu tahun pertama,” ujar Fajar kepada Warta Ekonomi, Kamis (27/6/2024).

        Vasektomi pun cukup efektif untuk mencegah kehamilan pada pasangan dengan angka kegagalan yang cukup kecil. Dengan catatan, teknik operasinya sudah benar.

        Baca Juga: Beri Instruksi Tegas, Perintah Jokowi Soal Diserangnya Pusat Data Nasional (PDN)

        BKKBN, kata Fajar, sudah melakukan sosialisasi tentang kontrasepsi termasuk vasektomi untuk perencanaan keluarga. Ketika disinggung perihal angka vasektomi yang rendah, Fajar menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa KB hanya urusan perempuan.

        “Padahal, perencanaan dalam sebuah keluarga menjadi tanggung jawab bersama. Selain itu, karena pilihan kontrasepsi bagi wanita lebih banyak dibandingkan untuk pria, yang saat ini masih terbatas hanya vasektomi dan kondom,” jelas Fajar.

        Di sisi lain, vasektomi kurang dinikmati lantaran ketakutan seseorang terhadap tindakan operasi. Sosialisasi vasektomi juga kurang massif lantaran selama ini masyarakat hanya tahu jika KB biasanya untuk perempuan saja. Kekhawatiran lainnya adalah vasektomi bersifat permanen.

        “Jadi mungkin banyak yang takut suatu saat ingin punya anak lagi, nanti susah,” tutur Fajar.

        Padahal, menurut Fajar orang yang melakukan vasektomi bisa memulihkan kesuburannya melalui tindakan rekanalisasi atau penyambungan kembali saluran sperma. Akan tetapi, hal ini perlu disoroti karena angka keberhasilannya yang masih rendah. Selain angka keberhasilan yang rendah, tindakan operasi pun bakal sulit.

        Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk melakukan vasektomi maupun memiliki anak, diperlukan komunikasi, edukasi, informasi, serta konseling oleh tenaga kesehatan guna memastikan mereka yang hendak vasektomi sudah mantap takkan menambah anak lagi.

        Kendati demikian, Fajar menyebut bahwa bukan berarti tindakan tersebut tanpa risiko. Pria yang melakukan vasektomi bakal mengalami beberapa efek samping seperti rasa nyeri, pendarahan, dan infeksi pada bekas luka tindakan. Selain itu, dapat terjadi rekanalisasi secara spontan, yang memungkinkan terjadinya kehamilan pada pasangan.

        Baca Juga: Sebaiknya Jangan Minum Kopi Setiap Hari, Lihat Efek Sampingnya!

        “Jika hal tersebut terjadi, segera datang ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan,” kata Fajar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: