Sejauh ini, perjalanan hilirisasi sawit nasional telah berjalan baik dalam 12 tahun terakhir ini. Akan tetapi, ada beberapa pekerjaan bagi terkait sawit bagi Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 terpilih nanti, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk lebih meningkatkan program hilirisasi tersebut seperti program unggulan yang terus mereka ulang kepada publik.
Berdasarkan keterangan dari Tungkot Sipayung selaku Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Indonesia selama ini menempuh tiga jalur hilirisasi sawit. Pertama adalah mengolah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dan minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO) menjadi produk pangan dan mikronutrisi.
Kedua, mengolah CPO menjadi produk oleokimia seperti deterjen, sabun, kosmetik, dan bioplastic. Sementara yang ketiga adalah mengolah CPO menjadi produk energy seperti biodiesel dan avtur sawit.
“Meskipun belum optimal namun hilirisasi sawit sudah berhasil dengan baik. Dalam 12 tahun terakhir, komposisi ekspor RI berubah dari didominasi sawit mentah kini menjadi produk olahan sawit,” tutur Tungkot dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi, Senin (01/7/2024).
Berdasarkan catatan PASPI, ekspor CPO dan PKO pada tahun 2011 masih mendominasi sekitar 52%. Untuk produk olahan sawit seperti refined palm oil (RPO) dan refined palm kernel oil (RPKO), komposisi ekspor senilai 41%, dan produk jadi berupa oleokimia serta biodiesel sekitar 17%.
Komposisi ekspor tersebut berubah pada tahun 2023 lalu. Ekspor RPO dan RPKO justru mendominasi dengan nilai 75%. Sementara untuk ekspor CPO dan PKO, serta oleokimia dan biodiesel masing-masing 11% dan 14%.
Hilirisasi sawit di sektor energy, ucapnya, terutama biodiesel mampu mengurangi konsumsi solar impor di dalam negeri dari 41% pada tahun 2011 menjadi 18% pada tahun 2023 lalu. Di sisi lain, penghematan devisa impor solar juga meningkat dari 0,5 miliar dollar AS pada 2015 menjadi 11,2 miliar dollar AS pada tahun 2023.
Baca Juga: Jokowi Tak Setuju Prabowo Tunda Pemindahan Ibu Kota ke IKN 50 Tahun Lagi
“Ini artinya substitusi impor solar ke biodiesel berjalan baik sehingga dapat menopang kinerja neraca perdagangan,” kata Tungkot.
Hilirisasi sawit menurut Tungkot, perlu terus ditingkatkan pada era pemerintahan Prabowo – Gibran nantinya. Dirinya pun membeberkan lima pekerjaan rumah yang perlu dibenahi oleh pasangan nomor urut 02 tersebut pada sektor itu.
Antara lain, pertama melanjutkan mandatory biodiesel B35 dan B40. Kedua, memulai mandatory bensin sawit atau bensa dan bioethanol. Tungkot menyebut jika mandatory bensa perlu dilakukan untuk mensubstitusi impor bensin yang sebenarnya lebih besar daripada impor solar.
“Pemerintah sudah mulai mengembangkan dan mengujinya. Langkah ini diharapkan bisa terus berlanjut pada era Prabowo-Gibran,” kata dia.
Sementara yang ketiga adalah mempercepat mandatory bioavtur berbasis sawit dan minyak jelantah. Keempat yakni pengembangan CPO non-food grade untuk bahan bakar nabati.
Dan yang terakhir adalah meningkatkan produktivitas sawit khususnya milik rakyat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui peremajaan tanaman sawit rakyat (PSR) dan mengelola perkebunan sawit secara berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: