Bursa Komoditif dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) membuat target jumlah partisipan di bursa minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bisa menembus 100 pada akhir tahun 2024 nanti.
Berdasarkan penjelasan dari Direktur ICDX, Nursalam, hingga saat ini ada 51 perusahaan yang bergabung dalam bursa CPO di ICDX, akan tetapi, dari total tersebut, ada 16 perusahaan yang terlibat aktif dalam menjalankan perdagangan di bursa ini.
Baca Juga: Kabul Wijayanto Ungkap Pekerjaan Rumah Serius dalam Penuhi Produksi CPO
“Untuk itu, kami selalu berusaha untuk menyosialisasikan bursa CPO ini ke masyarakat. Tahun ini targetnya 100. Kami juga harapkan semuanya bisa aktif, buat apa jadi member tapi tidak aktif,” kata Direktur ICDX Nursalam dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (5/7/2024).
Di sisi lain, menurut Nursalam, masih minimnya jumlah partisipasn yang bergabung ke dalam bursa CPO tersebut membuat volume transaksi belum memadai sehingga price discovery belum kredibel.
Maka dari itu, dia berharap perusahaan yang bergabung dengan bursa CPO ke depannya bisa berkembang dan bertambah banyak agar price discovery tersebut bisa menjadi kredibel dan bisa menjadi acuan (price reference).
"Apalagi tujuan dibentuknya bursa CPO agar Indonesia memiliki harga acuannya sendiri. Namun, perlu ditegaskan bahwa peluncuran ini bukan untuk berkompetisi antara bursa CPO di Malaysia ataupun Belanda yang menjadi harga acuan dunia saat ini," jelasnya.
Lebih lanjut, Nursalam juga menjelaskan beberapa mekanisme transaksi untuk bursa CPO antara lain jaminan transaksi atau jaminan dari penjual dan pembeli brupa cash atau surat berharga yang diserahkan ke Lembaga Kliring sebelum bertransaksi.
Bid & Offer pun terjamin karena permintaan pembeli terdiri dari harga dan jumlah lot. Adapun setiap 1 lot berisikan 25 ton CPO dengan tick size Rp5/kilogram.
“Trade allocation atau konfirmasi transaksi sebagai bukti adanya transaksi yang sepadan, yang diterbitkan pada saat penutupan pasar atau T+0, pembayaran yang dilakukan paling lambat T+2, penyerahan CPO yang dilakukan T+15 dengan mutu CPO yang harus diserahkan oleh penjual, yakni FFA maksimal 5% dan M&I maksimal 0,5%, baru kemudian berita acara serah terima (BAST) dan pembayaran oleh lembaga kliring,” ucap Nursalam.
Baca Juga: Triputra Agro Persada Targetkan Produksi 995.000 Ton CPO di 2024
Hingga 10 Juni 2024 lalu, Nursalam menyebut total volume transaksi CPOTR menyentuh angka 13.359 lot. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.595 lot merupakan transaksi yang terjadi sepanjang perdagangan 1 juni hingga 10 Juni 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar