Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, memastikan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) di Ibu Kota Nusantara (IKN) tetap berjalan.
Meskipun demikian, selama memasuki tahun politik seperti Pemilu dan Pilpres, investasi mengalami perlambatan. Pasalnya, para investor masih menunggu untuk menginvestasikan modalnya di IKN.
"Itu hanya saat Pemilu saja, dan di negara manapun pasti terjadi seperti itu. Tapi setelah 17 Agustus 2024 nanti, para investor tidak ada lagi wait and see," tegas Bahlil kepada wartawan usai memberikan Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (17/07/2024).
Bahlil menjelaskan, sejauh ini investasi di IKN, khususnya klaster pertama, dipenuhi oleh PMDN. Klaster pertama ini merupakan wilayah yang strategis sehingga harus diisi investasi PMDN. Klaster pertama ini terdiri dari hotel, restoran, rumah sakit, dan tempat-tempat fasilitas umum lainnya.
"Klaster pertama ini kalau di Jakarta seperti Sarinah, Menteng. Hari ini semuanya PMDN, semuanya investasinya PMDN. Kenapa PMDN? Karena kita pikir bahwa ini klaster yang sangat inti. Nanti klaster keduanya baru ada investasi asing. Klaster pertama karena memiliki lokasi yang strategis jadi harus dimiliki orang Indonesia semua," tegasnya.
Sementara itu, pada kuliah umum, Bahlil menyampaikan bahwa hilirisasi membantu mewujudkan cita-cita Indonesia emas pada 2045. Menurutnya, hilirisasi merupakan salah satu jalan untuk menciptakan sumber pendapatan negara.
"Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu, dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi," ungkapnya.
Menurutnya, salah satu mesin pendongkrak ekonomi adalah hilirisasi. Ia mengungkapkan, Kementerian Investasi membuat “Desain Besar untuk Hilirisasi”, baik di sektor minyak dan gas, mineral dan batubara, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan pertanian.
"Kita menciptakan nilai tambah di sini, supaya menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau lapangan pekerjaan tercipta, hilirisasi terbangun, pendapatan negara naik, upah naik, gaji pegawai negeri juga naik," katanya.
Baca Juga: PDIP Tahu Alasan Sebenarnya Jokowi Tak Bisa Ngantor di IKN: Konsekuensi...
Untuk itu, Bahlil mengatakan pihaknya telah mendorong agar setiap investasi yang masuk ke daerah wajib berkolaborasi dengan pengusaha-pengusaha dan UMKM-UMKM di daerah.
"Orang daerah harus menjadi tuan di negeri sendiri, jangan jadi penonton. Tugas nanti praja-praja yang baru selesai pulang jadi pegawai daerah, tolong tuntun teman-teman yang baru selesai sekolah untuk menjadi pengusaha supaya mereka bisa membangun daerah dan ekonominya bisa dikuasai sendiri," jelasnya.
Dia juga mengimbau para Praja IPDN untuk menjadi garda terdepan dengan melakukan pendampingan kepada masyarakat. Selain itu, mereka bisa mengambil bagian dalam menarik investor untuk menjalankan investasinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan.
"Saya mengapresiasi kerja sama kami dengan Pak Rektor yang sangat luar biasa dan semoga ini menjadi awal untuk ke depan kita akan melakukan program-program yang sifatnya lebih teknis lagi, tidak hanya pada konteks ceramah-ceramah, tapi Kementerian dan perusahaan-perusahaan untuk kemudian dari awal kita bisa melakukan adaptasi dalam rangka membangun hubungan kerja sama ini," jelasnya.
Hal senada diungkapkan Rektor IPDN Prof. Hadi Prabowo yang menyatakan bahwa hilirisasi merupakan proses transformasi ekonomi berkelanjutan yang mendasarkan pada komoditas bernilai tambah tinggi guna memasuki struktur ekonomi yang lebih kompleks.
"Hilirisasi diharapkan bisa meningkatkan produktivitas, nilai tambah, sehingga kita bisa mampu meningkatkan nilai rantai pasok industri. Kemudian kita bisa melindungi komoditas kita dari gejolak harga, dan kemudian kita bisa mencapai puncak pohon industri dan tentu mendukung kekuatan ekonomi dalam negeri," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: