Harga komoditas emas terpantau melemah di tengah besarnya ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada September 2024. Berdasarkan data dari Bloomberg, pada perdagangan Selasa (16/7/2024), harga emas di pasar spot melemah 0,02% ke level US$2.421,81 per troy ounce pada pukul 06.46 WIB,
Harga emas Comex kontrak Agustus 2024 pun turut melemah 0,10% ke level US$2.426,50 per troy ounce pada pukul 06.35 WIB.
Baca Juga: Harga Emas Antam dan UBS Kompak Turun di Gerai Pegadaian, Dijual Berapa?
Dikutip dari DailyFX, emas telah terapresiasi yang didorong oleh data inflasi AS yang lebih rendah pada minggu lalu. Di satu sisi, The Fed pun telah mencatat bahwa emas telah berkembang pesat dalam lingkungan suku bunga rendah serta pemangkasan suku bunganya sudah diantisipasi.
Adapun harga emas mulai menurun usai mencapai rekor tertingginya pada Mei 2024 lalu saat China yang merupakan pembeli terbesar logam mulia di dunia perlahan mengurangi pembeliannya setiap bulan.
Adapun prospek harga emas kemungkinan masih tergantung pada apakah kombinasi dolar AS yang lebih rendah dan imbal hasil AS yang menurun, dapat meningkatkan permintaan bullish pada harga yang saat ini sudah tinggi.
Kendati demikian, inti dari pergerakan terbaru ini ialah ekspektasi yang lebih besar dibanding penurunan suku bunga The Fed pada September 2024. Pasalnya, pasar saat ini telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan tersebut serta membuka peluang untuk dua kali penurunan suku bunga hingga akhir tahun depan dengan kemungkinan 50% penurunan ketiga.
Harga CPO
Di tengah melemahnya harga emas, harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan, Senin (15/7/2024) kontrak September 2024 menguat 8 poin ke 3.903 ringgit per ton di Bursa Derivatif Malaysia. Tak hanya itu, kontrak Juli 2024 pun menguat sebanyak 10 poin ke level 3.980 ringgit per ton.
Dikutip dari Bernama, Selasa (16/7/2024), kontrak berjangka CPO telah ditutup lebih rendah pada Senin kemarin. David Ng selaku pedagang minyak sawit, hal tersebut mengikuti melemahnya pasar minyak kedelai. Di satu sisi, terdapat kekhawatiran akan meningkatnya produksi CPO yang kemudian akan menambah tekanan pada pasar.
“Kami melihat support pada RM3.850 dan resistensi pada RM3.980,” tuturnya.
Baca Juga: Untuk Pertama Kali, CPOPC Pidato di Forum PBB Bahas Minyak Sawit
Adapun, kekhawatiran meningkatnya produksi juga telah berlangsung pada Jumat (12/7/2024) sehingga membuat CPO ditutup melemah. Harga minyak kedelai yang menurun juga menyeret sentimen di pasar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar