Asosiasi Startup for industry Indonesia (Starfindo) merupakan satu-satunya wadah yang menampung ribuan startup Tanah Air yang bertugas sebagai penghubung antara Pemerintah dengan tech startup untuk saling berkolaborasi dalam meningkatkan solusi dan teknologi.
Starfindo resmi berdiri sebagai sebuah lembaga di bawah pengawasan Kementerian Perindustrian pada 23 Desember 2022. Sejak berdiri, Starfindo bersama Kementerian Perindustrian rutin menggelar berbagai kegiatan untuk menyokong perkembangan perindustrian Indonesia, termasuk menghelat Tech Link Summit 2024 yang dilaksanakan pada 18-20 Juni 2024 lalu.
Ketua Umum Starfindo, Lukas Dedy Setiyawan, mengatakan bahwa awal mula ide pembentukan Starfindo adalah untuk menghimpun seluruh alumni program Startup 4 Industry yang diseleggarakan Kemenperin sejak 2018.
“Nah, berhubung banyak sekali alumni-nya. Makanya, ada sebuah ide dari Kemenperin. Dari teman-teman juga. Di sana membuat sebuah wadah untuk menaungi alumni itu. Supaya bisa lebih solid lah,” kata Lukas ketika ditemui di sela-sela acara Tech Link Summit 2024 di Gedung PIDI, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (19/7/2024).
Lukas merinci, terhitung sejak 2018 hingga 2024, jumlah startup yang dinaungi Starfindo sudah sebanyak 1.115 entitas. Lukas dan semua pengurus Starfindo adalah startup yang berkompetisi pada Startup 4 Industry di generasi terdahulu.
Lukas dan semua pengurus Starfindo yakin betul bahwa sektor industri Indonesia bakal semakin menggeliat di bawah kontrol pihaknya yang berkolaborasi dengan Kemenperin.
Baca Juga: Badai PHK Industri Tekstil Mengamuk, Kemenperin Klaim Industri Tekstil Masih Ekspansif
“Kita bicara mungkin next 5 tahun lagi, 10 tahun, 15 tahun. Lebih bisa melebar dan lebih bisa memaksimalkan potensi startup yang ada. Jadi, salah satu tujuannya adalah sebagai jembatan antara pemerintah dan dunia startup,” ujarnya.
Menjalankan fungsi sebagai jembatan yang menghubungkan startup dan pemerintah, Starfindo kata Lukas, mengambil peran sentral dalam sebuah kebijakan Pemerintah. Starfindo dapat mempengaruhi sebuah kebijakan dimana kebijakan itu diharapkan membawa dampak positif bagi perkembangan industri startup Tanah Air.
“Jadi, kebijakan pemerintah itu nanti, kalau setahun atau dua tahun ini akan men-driver. Jadi, sebagai compromise-lah, sebagai pembukaan antara pemerintah dan dunia startup. Apa sih yang dimau startup dari industri, supaya startup itu bisa maksimal gitu kan,” ucapnya.
“Nanti baru kita ke pemerintah, kita ngomong, kita butuh ini, butuh ini pak, bu. Supaya ada kebijakan yang bagus lah, saling membutuhkan antara pemerintah dan industri. Karena kalau tercipta suatu kegunaan yang baik, nanti akan berdampak pada ekonomi juga,” tambahnya.
Selain mengambil peran sebagai jembatan antara startup dan Pemerintah, Starfindo juga berupaya menjadi penghubung ke dunia industri serta dunia usaha. Hal ini diupayakan lewat kegiatan Tech Link Summit 2024 yang sedang berlangsung sekarang ini.
“Jadi diharapkan bisa terjadi kesepakatan antara startup dan industri. Jadi industri itu butuh apa sih? Solusi gitu kan, misalkan let's say kayak Toyota, Toyota butuh produk apa misalkan, entah itu yang berhubungan dengan emisi karbon, startup itu punya member yang solusinya itu. Jadi kita hubungkan di situ ya, diharapkan ada solusi, ada kesepakatan deal, itu bisa meningkatkan nilai ekonomi juga kan,” ucap Lukas.
Pada kesempatan yang sama, Sekjen Starfindo Fitri Hardiyanti bercerita panjang lebar mengenai dirinya dan teman-temannya merintis startup hingga terpilih menjadi pengurus Starfindo. Sekedar info, Fitri adalah CEO & Founder Amiga, PT Tri Stuba Amiga.
Baca Juga: Kemenperin Dorong Restrukturisasi Mesin Guna Dongkrak Kinerja Industri Tekstil
“Kalau dulu malah masih konvensional lah, aku pribadi ngebantu teman-teman startup yang ada di Bandung dulu untuk ngerjain laporan keuangan, untuk ngerjain pajaknya. Tapi bener-bener end-to-end service, dari mulai awal administrasi sampai kita bantu lapor kalau ada masalah dengan pajak. Sampai akhirnya 2021, 2020, pinpoint-nya sebenarnya adalah orang tuh males input data ya kalau laporan keuangan gitu,” ujarnya.
Singkat cerita sekitar 2020, Amiga terpilih menjadi salah satu finalis bersama 19 startup lainnya. Dari sini pula Amiga mulai dikenal luas khalayak. Jasa mereka laris manis di pasaran
“Jadi dari asalnya konvensional, akhirnya kita punya teknologi, kita coba jual ke luar teknologinya ternyata lebih efektif itu dipakai untuk operasional. Jadi secara as a business, kita tetap running nih ngebantu teman-teman startup untuk sisi back office as a service,” ucapnya.
“Jadi yang asalnya cuma fokus di administrasi, fokus di ngerjain laporan keuangan, kita per tahun lalu kita coba ubah jadi back office as a service. Jadi kita jadi back office-nya para startup, kita jadi back office-nya yang nge-handle perusahaan-perusahaan,” tambahnya memungkasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: