PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mengemukakan rencananya untuk fokus pada keunggulan operasional dan manajemen keuangan yang cermat, sambil menjalankan strategi pertumbuhan jangka panjang di Indonesia.
Direktur Delta Dunia Group, Iwan Fuad Salim mengatakan hal tersebut diwujudkan dengan sejumlah langkah strategis perusahaan seperti ekspansinya di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: RMK Energy (RMKE) Siap Perkuat Ekspansi Tambang di Jambi
"Ekspansi kami baru-baru ini di AS menunjukkan komitmen kami untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham dengan mentransformasi Grup menjadi bisnis pertambangan yang terdiversifikasi secara global. Akuisisi ACG telah memperkuat posisi kami, di mana kami yakin akan memberikan kontribusi positif terhadap upaya diversifikasi kami," ujar Iwan, Kamis (01/08/2024).
Adapun mengumumkan hasil keuangan yang stabil untuk semester I-2024 meski menghadapi tantangan pelemahan nilai tukar mata uang dan kondisi cuaca ekstrem. Pendapatan pada semester I-2024 tercatat sebesar US$ 855 juta (Rp 13,85 triliun, dengan kurs Rp 16.200), yang stabil dibandingkan tahun lalu, sementara EBITDA turun 9% YoY menjadi US$ 160 juta.
"Ketahanan ini mencerminkan kejelian strategis kami dalam menavigasi risiko yang tak terkendali dan komitmen kami untuk mentransformasi bisnis dan mendiversifikasi sumber pendapatan kami, memosisikan kami untuk pertumbuhan yang berkelanjutan menuju ekonomi rendah karbon," jelas Direktur Delta Dunia Group Dian Andyasuri.
Perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar US$ 27 juta pada semester I-2024, bergeser dari laba bersih sebesar US$ 5 juta pada semester I-2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs sebesar US$ 12 juta akibat fluktuasi nilai tukar mata uang IDR dan AUD terhadap USD. Namun, kerugian selisih kurs membaik pada kuartal II-2024, menurun dari US$ 11,5 juta pada kuartal I-2024 menjadi US$ 0,7 juta pada kuartal II-2024.
Jika kerugian selisih kurs dinormalisasi bersama dengan dampak dari Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan biaya persetujuan satu kali (one-off consent costs), kerugian bersih Grup sebesar US$ 1 juta, mendekati break even, menunjukkan ketahanan bisnis Delta Dunia Group.
Arus kas operasional untuk semester I-2024 meningkat 15% YoY mencapai US$ 164 juta, didorong oleh peningkatan dalam pengelolaan modal kerja. Namun, arus kas bebas menurun karena investasi signifikan pada aset seperti Sun Energy dan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang baru saja dirampungkan. Jika dinormalisasi dengan akuisisi ACG, arus kas bebas menjadi US$ 68 juta dibandingkan dengan negatif US$ 47 juta.
Ekspansi operasional mendorong pertumbuhan belanja modal Grup pada semester I-2024, yang meningkat 78% YoY menjadi US$ 79 juta. Pengeluaran ini mendukung kegiatan ramp-up di sejumlah site di Indonesia dan Australia serta kapitalisasi biaya Perbaikan dan Pemeliharaan (Repair & Maintenance), sejalan dengan panduan belanja modal Grup untuk setahun penuh sebesar US$ 150 juta hingga US$ 190 juta. Grup juga fokus pada kontrol ketat atas belanja modal untuk menjaga stabilitas keuangan.
Baca Juga: Putuskan Ambil Izin Tambang, Muhammadiyah Siap Ambil Risiko Politik?
Perusahaan juga mengumumkan program pembelian kembali saham (buyback) dan pengurangan modal. Hingga 26 Juli 2024, Delta Dunia Group telah membeli 483,1 juta lembar saham melalui program pembelian kembali saham (share buyback). Grup juga membeli US$ 34,8 juta Senior Notes melalui pembelian di pasar terbuka dan US$ 153 juta melalui penawaran tender.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: