Asosiasi Ilmuwan dan Teknologi Minyak Malaysia (MOSTA) akan menggelar konferensi bertema “Industri Minyak Sawit dan Ekonomi Sirkular” di Kuala Lumpur pada 22 Oktober mendatang. Konferensi ini merupakan salah satu upaya dari presiden MOSTA, Tan Sri Augustine Ong, untuk mempromosikan atribut keberlanjutan dari minyak kelapa sawit itu sendiri.
Adapun salah satu sorotan utama dalam konferensi ini yakni mengungkapkan bukti ilmiah terbaru mengenai kekuatan penyerapan karbon oleh minyak kelapa sawit. Pasalnya, hasil minyak kelapa sawit hampir 10 kali lebih banyak dibandingkan tanaman biji minyak lainnya.
Baca Juga: Tantangan Industri Sawit dalam Hadapi La Nina, Bakal Pengaruhi Harga CPO?
Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak kelapa sawit merupakan penyerap karbon yang lebih efektif dibandingkan minyak sejenis lainnya. Di sisi lain, minyak kelapa sawit dalam kondisi optimal juga bisa menghasilkan antara 17 hingga 19 ton minyak per hektar per tahun. Kendati rata-rata saat ini hanya mencapai empat ton per hektarnya.
“Apabila hasil panen ditingkatkan, maka akan ada lonjakan besar dalam penyerapan karbon,” tutur Profesor Dennis Murphy dari Universitas Wales, dikutip oleh Warta Ekonomi, dari NST, Selasa (6/8/2024).
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan bahwa kelapa sawit memiliki potensi penyerapan karbon yang lebih baik, sebanding dengan hutan tropis dalam beberapa kasus dan lebih unggul dibandingkan tanaman minyak lainnya.
Untuk diketahui, saat ini penyerapan karbon oleh pohon dan tanaman tropis menyerap lebih dari 1000 juta ton CO2 atmosfer setiap tahunnya. Akan tetapi, proses ini terancam dengan adanya penggundulan hutan dan pengeringan lahan gambut yang kaya karbon. Maka dari itu, untuk mengatasi ketidakseimbangan antara emisi dan penyerapan karbon, maka penting untuk mengurangi emisi bersih dan meningkatkan kapasitas penyerapan karbon.
Baca Juga: Kementan: Integrasi Sawit dan Padi Gogo Miliki Beragam Potensi dan Keuntungan
Kebijakan yang efektif untuk meningkatkan penyerapan karbon menurut Murphy yakni penanaman tanaman tropis dalam sistem wanatani, membatasi penggundulan hutan dan penggunaan lahan gambut, serta mengaudit dampak karbon dari sistem penanaman utama.
Dengan kata lain, dalam konteks tersebut, kelapa sawit diidentifikasi sebagai kandidat yang layak untuk menghasilkan energy dari penyerapan tenaga kerja.
Dalam keterangan yang sama, Presiden MOSTA, Tan Sri Augustine Ong, menegaskan bahwa peningkatan penyerapan karbon dapat dicapai melalui pengembangan varietas tanaman yang menghasilkan lebih banyak.
Baca Juga: Kebun Sawit Masyarakat Dibangun di Merauke, Akses Jalan Dibuka
“Hasil buah kelapa sawit telah meningkatkan kapasitas penyerapan karbon lebih dari dua kali lipat saat varietas baru ditanam selama dekade berikutnya,” tuturnya.
Adapun konferensi ini nantinya juga membahas strategi untuk memaksimalkan potensi penyerapan biomassa yang saat ini kurang dimanfaatkan, seperti daun dan batang kelapa sawit.
Baca Juga: Pengolahan dan Teknologi Sawit Indonesia Bikin Peneliti Finlandia Kagum
“Hanya sains yang dapat membungkam para pengkritik kelapa sawit,” ucap Ong.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: