- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Kementerian ESDM Sebut Butuh Investasi USD14 Miliar untuk Penuhi Kebutuhan Listrik Sulawesi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan hingga tahun 2030 kebutuhan investasi untuk sektor kelistrikan di Sulawesi mencapai USD14 Miliar. Investasi ini dibutuhkan salah satunnya guna membangun infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) untuk menggantikan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang saat ini mencapai 20 Giga watt (GW).
"Kebutuhan untuk pabrik pemurnian (smelter) saat ini mencapai 20 gigawatt (GW) dan dipenuhi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Nah kita akan mengupayakan penyediaan energi bersih untuk ini dan juga sebagai bagian dari transisi energi," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) jumat (2/8) lalu saat temu media di Gedung Ibnu Sutowo Ditjen Migas Jakarta.
Dari total investasi senilai USD 14 Miliar itu akan digunakan untuk pembangkit sebesar USD10,7 miliar, transmisi sebesar USD2,3 miliar, dan gardu sebesar induk USD 1 miliar.
Arifin menerangkan bahwa memang kebutuhan listrik terbesar di Sulawesi adalah untuk kebutuhan listrik smelter. Bahkan hingga tahun 2030 kebutuhan suplai listrik perlu ditambah sebesar 11.139 MW guna mengoptimalkan operasional smelter.
Menurut Arifin, smelter merupakan industri yang membutuhkan energi besar. Di Sulawesi sendiri, suatu area smelter yang hanya 4.500 hektare membutuhkan energi listrik hampir mencapai 7 GW.
"Kita akan menurunkan persentase pasokan listrik untuk smelter ini. Yang sebelumnya menggunakan batubara kita alihkan dengan menggunakan gas," jelas Arifin.
Baca Juga: Ungkap Besarnya Potensi Gas Selat Makassar, Ini Kata Menteri ESDM
Alokasi gas akan didapat dalam waktu yang tidak terlalu lama, dengan berakhirnya kontrak gas bumi Donggi Senoro pada tahun 2027 sebesar 337 MMSCF dapat dimanfaatkan untuk PLTGU Wellhead baru dengan kapasitas 1.800 MW.
Terdapat juga sebagian potensi gas bumi melalui gas pipa dari Lapangan ENI Muara Bakau di Selat Makassar (antara Kalimantan-Sulawesi) sebesar 500 MMSCFD juga dapat dimanfaatkan untuk membangun PLTGU baru di Palu dengan kapasitas 2.650 MW.
Listrik dari kedua PLTGU kemudian disalurkan melalui transmisi 500 kV untuk menyuplai smelter klaster Huadi di Sulawesi Selatan, Pomala-Ceria (Poci) dan Konawe-Morowali (Kemo) di Sulawesi Tenggara.
"Jadi, kita rencana gas yang dari sini (kalimantan), mudah-mudahan, Selat Makassar, itu kita tarik pipa, ke Palu. Di sini kita bikin pembangkit gas (Sulawesi), baru tarik transmisi. Di sini juga ada LNG nih. Berakhirnya kontrak gas bumi Donggi Senoro tahun 2027 selama ini LNG-nya di-export terus, keluar negeri. Kita minta nanti untuk domestik. Dari sini kita tarik lagi. Dari sini, nanti kita bangun pembangkit gas. Tarik jaringan lagi sehingga ini bisa mendukung carbon reduction program di industri-industri smelter," tutur Arifin.
Listrik dari kedua PLTGU kemudian disalurkan melalui transmisi 500 kV untuk menyuplai smelter klaster Huadi di Sulawesi Selatan, Pomala-Ceria (Poci) dan Konawe Morowali (Kemo) di Sulawesi Tenggara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: