Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PASPI Ungkap Masalah Inti Produktivitas Kebun Sawit Rakyat

        PASPI Ungkap Masalah Inti Produktivitas Kebun Sawit Rakyat Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saat ini, kondisi perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih menghadapi berbagai masalah, salah satunya rendahnya produktivitas terutama pada kebun sawit rakyat.

        Hal ini disebabkan oleh bibit yang digunakan oleh petani bukanlah bibit unggul yang direkomendasikan. Sehingga, perolehan Tandan Buah Segar (TBS) hanya sekitar 8 -13 ton per hektare per tahunnya. Di sisi lain, produktivitas yang rendah tersebut juga disebabkan oleh minimnya pengetahuan petani tentang kultur teknis yang baik.

        Padahal, menurut riset PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute), dikutip Warta Ekonomi, Senin (12/8/2024), sebanyak 40,6% dari total luas area perkebunan sawit di Indonesia merupakan kebun sawit rakyat. Oleh sebab itu, PASPI menegaskan jika kebun sawit rakyat berpotensi besar pada pemenuhan kebutuhan minyak sawit di masa depan apabila dilakukan upaya peningkatan produktivitas.

        Baca Juga: Lewat Dukungan BPDPKS, Serikat Petani Kelapa Sawit Gelar Workshop UMKM Sawit

        “Secara teoritis, upaya peningkatan produktivitas kebun kelapa sawit dapat ditempuh melalui 2 mekanisme yaitu perbaikan kultur teknis pada kebun sawit eksisting dan peremajaan (replanting) pada kebun sawit yang tergolong umur tua,” tulis PASPI. 

        Peningkatan produktivitas melalui perbaikan kultur teknis ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kebun sawit eksisting yakni kebun-kebun TM (Muda, Remaja, dan Dewasa). Adapun upaya ini bisa dilakukan melalui berbagai upaya. Salah satunya peningkatan pemupukan, perbaikan kultur teknis kebun (best practices) dan perbaikan teknologi proses pada pabrik kelapa sawit (PKS).

        “Dalam ilmu ekonomi, strategi ini disebut strategi peningkatan produktivitas parsial (perbaikan kultur teknis tanpa mengganti varietas) yang menggeser kurva S0 ke kurva S1,” jelas PASPI. 

        Adapun upaya kedua bisa dilakukan melalui replanting dengan varietas unggul terbaru bagi kebun-kebun sawit eksisting yang tergolong umur tua serta renta. Dalam ilmu ekonomi, sambung PASPI, strategi ini dikenal sebagai strategi peningkatan produktiviotas total atau total factor productivity melalui penggantian varietas baru atau unggul disertai dengan perbaikan kultur teknis sehingga akan menggeser kurva produktivas kurva dari S1 ke S2.

        “Hasil strategi ini baru akan terlihat mulai tahun ke-4 setelah replanting dilakukan,” ungkapnya.

        Adapun kedua strategi ini bisa dilaksanakan secara simultan serta berkelanjutan karena setipa tahunnya pasti ada kebun-kebun yagn sudah memasuki umur renta yang perlu diremajakan. 

        Untuk mencapai komposisi tanaman kelapa sawit nasional yang ideal, tentunya memerlukan replanting teratur setiap tahunnya sekitar 4% dari luas areal. 

        “Demikian juga, perbaikan kultur teknis secara berkesinambungan perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas TM,” pungkas PASPI.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: