Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, menegaskan bahwa penurunan kelas ekonomi tidak selalu berarti seseorang menjadi miskin, tetapi lebih terkait dengan daya beli yang mengalami penurunan.
“Turun itu bukan berarti jadi miskin ya. Ini berkaitan dengan daya beli dan itu persoalannya kompleks. Itu tidak satu variabel saja,” kata Muhadjir, dilansir Selasa (03/09/2024).
Baca Juga: Airlangga Tekankan Gerak Ekonomi Tak Lagi Terpaku Nasib Kelas Menengah
Muhadjir mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kelas ekonomi seseorang, termasuk inflasi dan gaya hidup. Salah satu contoh yang diberikan adalah gaya hidup kelas menengah yang terbebani oleh utang dan kredit.
“Misalnya, gaya hidup kelas menengah yang banyak utang, banyak kredit, ketika kemudian ada PHK, kemudian nilai bunga bank naik, itu dia tentu saja akan terimbas,” tambahnya.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah berencana melibatkan berbagai sektor, dengan Kementerian Koordinator Perekonomian sebagai pusat komando. Muhadjir menegaskan pentingnya pendekatan multisektor dalam intervensi ekonomi untuk memastikan stabilitas kelas menengah.
Sebagai Menko PMK, Muhadjir juga menyatakan komitmennya untuk mencegah masyarakat jatuh ke dalam kategori miskin, termasuk kemiskinan ekstrem. Ia menyebutkan bahwa pemerintah telah memiliki data terperinci tentang tingkat kemiskinan di Indonesia, yang mencakup berbagai tingkat dari miskin ekstrem hingga hampir miskin.
Baca Juga: Biar Lebih Adil, DPR Minta Pemerintah Perhatikan Juga Kelas Menengah
“Dari sisi penanganan kemiskinan, saya pikir, tidak terlalu besar karena kita sudah punya daftar by name by address. Itu bertingkat, dari yang paling miskin ekstrem sampai yang hampir miskin, itu ada (datanya),” ujarnya, menegaskan kesiapan pemerintah dalam menangani masalah ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar