Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jokowi KO dengan PDIP Ajukan Pramono Anung di Pilkada DKI Jakarta

        Jokowi KO dengan PDIP Ajukan Pramono Anung di Pilkada DKI Jakarta Kredit Foto: Vico - Biro Pers Sekretariat Presiden
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pegiat media sosial Didi Lionrich menilai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak bisa berkutik dengan mengajukan Pramono Anung sebagai calon gubernur (cagub) di Pilkada DKI Jakarta 2024.

        Karena menurutnya Pramono Anung yang merupakan loyalis Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memegang banyak kartu dari Jokowi yang kini dijuluki Mulyono. Diketahui, Pramono merupakan Sekretaris Kabinet selama dua periode pemerintahan Jokowi atau hampir 10 tahun.

        Baca Juga: Isi Operasi Putih Ring Satu Prabowo yang Diduga Bikin Anies Menolak Maju di Jabar

        "Tapi kenapa harus Pramono Anung? jawabannya karena Pramono Anung ini megang banyak kartu-kartunya si Mulyono, jadi hampir bisa dipastiin si Mulyono enggak bakalan banyak tingkah," ucapnya, dikutip dari YouTube YouthTV Indonesia, Kamis (5/9).

        "Secara Pramono Anung ini emang loyalisnya Bu Mega jauh sebelum ada Jokowi, istilahnya tuh kayak modelan di film-film action gitu loh ya lu todongin pistol ke gua, gua juga todongin pistol ke lu, nah lu pencet tuh pelatuk gue juga pencet tuh pelatuknya, ngerti enggak tuh maksudnya," imbuhnya.

        Diketahui, PDIP mengusung Pramono Anung-Rano Karno sebagai cagub-cawagub di Pilkada DKI Jakarta 2024.

        Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Sitorus mengungkapkan pertimbangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri memilih keduanya. Ia mengatakan Pramono-Rano Karno menjadi jalan tengah di tengah senter nama Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sehingga bisa menyatukan kedua basis pendukung yang berbeda.

        "Bisa disebut beliau (Pramono Anung-Rano Karno) menjadi jalan tengah yang kemudian nanti bisa diharapkan mem-bridging antara dua kelompok ini," kata Deddy kepada wartawan di DPP PDIP, Rabu (28/8/2024), dikutip dari Detik.

        Ia mengatakan PDIP telah menganalisa siapa dan bagaimana pendukung Anies maupun Ahok ketika Pilkada berjalan, dan meyakini adanya pertentangan, sehingga diambil jalan tengah untuk menyatukan.

        "Kita menyadari kemudian bahwa dua kutub ini sangat ekstrem perbedaannya. Kelompok pendukung Pak Ahok, kelompok pendukung Pak Anies. Sehingga kemudian muncullah alternatif itu kembali Pak Pramono Anung sebagai jalan tengah dari dua kutub ini," jelasnya.

        "Pendukung Ahok ini kan banyak dari kelompok minoritas, banyak dari kelompok-kelompok yang ingin perubahan dari kemapanan, ingin yang namanya birokrasi bersih, public services yang efektif, gitu kan. Sementara di kubu Pak Anies banyak yang kemudian sangat peduli dengan isu agama, isu rohani, bagaimana membangun kultur keagamaan yang kuat, misalnya. Bagaimana keberpihakan terhadap pengusaha pribumi, mungkin seperti itu," sambungnya.

        Karena hal tersebut, pilihan jatuh kepada Pramono-Rano Karno. "Jadi ini nanti yang mudah-mudahan dengan kebesaran hati Pak Ahok, Pak Anies, ada Mas Pram dan Pak Rano, misalnya, yang kemudian bisa menjadi jembatan," lanjutnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
        Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

        Bagikan Artikel: