- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Ini 6 Kendala yang Jadi Sebab Pengembangan Energi Air di Indonesia Lamban
Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM, Muhamad Alhaqurahman Isa membeberkan 6 hambatan yang terus mengganjal pengembangan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia. Hal ini ia sampaikan pada agenda peresmian Kantor Bersama IHA Asia Tenggara di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Rabu (18/9).
Hambatan pertama kata Dia terkait lambannya proses studi kelayakan di Indonesia. "Kami tahu bahwa kualitas studi kelayakan akan berdampak pada pelaksanaan proyek, serta kepercayaan pemberi pinjaman bank dalam memberikan dana," ujar Isa.
Kedua adalah mengenai pendanaan. Saat ini banyak investor menilai pengembangan energi hidro masih memiliki resiko yang cukup tinggi.
Selain itu, beberapa lembaga pemberi pinjaman asing juga menolak untuk memberikan pendanaan untuk pembangunan PLTA di Indonesia karena adanya ketentuan konten lokal atau tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
"Ketiga, isu sosial, terutama dalam hal akuisisi lahan masyarakat. Keempat, isu lingkungan untuk proyek yang terletak di daerah hutan," lanjutnya.
Baca Juga: Nilai Infrastruktur Belum Memadai, APPLTA Tolak Penerapan Skema Power Wheeling
Keempat, soal perizinan. Pengembangan PLTA termasuk sektor yang cukup menyita banyak waktu dikarenakan sulitnya menyelesaikan perizinan. Kelima yaitu terkait suplai dan demand, pasalnya terdapat mismatch antara potensi energi air yang berada di terpencil dengan lokasi permintaan yang berada di perkotaan.
”(Keenam) faktor alam, seperti kondisi geologi, cuaca, bencana alam, banjir, dan tanah longsor," ucapnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Isa menyebut pemerintah Indonesia akan menggandeng semua pihak terkait untuk memuluskan jalan Indonesia dalam melaksanakan transisi energi.
"Kami akan terus bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat, termasuk Asosiasi Pembangkit Listrik Tenaga Air Internasional," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: