PT Pelindo Marine Service atau Pelindo Marine mengembangkan jaringan pipa distribusi sumber air tawar yang tahun lalu dibangunnya untuk membantu petani lahan kering di Desa Socah, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur.
Kelompok petani Dusun Peddes di Desa Petaonan sebagai penerima manfaat dari instalasi air Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) anak usaha BUMN Pelindo itu, menyebutnya sebagai ‘Sumber Air Berkah’.
Koordinator Bidang TJSL Kementerian BUMN, Fahrudin, program TJSL Pelindo Marine ini dikembangkan secara multidimensional. Berawal dari dukungan bidang lingkungan, yakni membangun sumur untuk menjadi solusi atas lahan kering. Kemudian berkembang meningkatkan hasil produksi pertanian yang membuat petani mulai berani berdagang untuk manfaat ekonomi. Hingga diharapkan memberikan dampak berkelanjutan, di antaranya pemanfaatan pendapatan tambahan tersebut untuk peningkatan pendidikan anak.
“Ketiga dampak lingkungan, ekonomi (setara pengembangan Usaha Mikro dan Kecil), dan pendidikan tersebut sejalan dengan 3 bidang prioritas Program TJSL Kementerian BUMN. Harapannya skema dukungan ini dapat direplikasi untuk juga menjadi solusi di wilayah lain yang membutuhkan, sehingga tidak hanya berkelanjutan, tapi juga bisa meningkatkan skala kebermanfaatannya,” terang Fahrudin dalam keterangan resminya pada Warta Ekonomi di Surabaya.
Baca Juga: Gandeng Atase Perdagangan di Enam Negara, Pelindo Gelar Webinar Gedor Ekspor untuk UMK Binaan
Sementara itu Departemen Head Program TJSL Pelindo, Febrianto Zenny Sulistyo saat meninjau langsung instalasi sumur bor, pompa listrik, tandon air, sekaligus mengikuti tasyakuran bersama kelompok petani. menyatakan, pertimbangan untuk meningkatkan dampak dan skala kebermanfaatan tersebut membuat Pelindo melanjutkan dukungan pada ‘Sumber Air Berkah’ dengan pemasangan jaringan perpipaan.
“Kini dengan adanya ‘Sumber Air Berkah’ dari Pelindo Marine, lahan menjadi lebih produktif. Karena distribusi air akan meluas dari semula hanya mengairi sekitar 2 hektar lahan, menjadi berpotensi mengairi hingga 7 sampai 10 hektar lahan, sehingga juga meningkatkan jumlah petani penerima manfaat. Dari semula tak kurang dari 20 petani, menjadi sekitar 50 hingga 75 petani. Semakin banyak petani yang terlibat, juga membuat beban biaya dan tenaga pengoperasian menjadi lebih ringan, karena dikelola dengan sistem gotong royong,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: