Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Masuk Peta Jalan Hilirisasi Kelapa, Indonesia Siap Kembangkan Bioavtur

        Masuk Peta Jalan Hilirisasi Kelapa, Indonesia Siap Kembangkan Bioavtur Kredit Foto: Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Infrastruktur Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), Leonardo A. A. Teguh Sambodo mengungkapkan bahwa pihaknya dalam waktu dekat akan merilis peta jalan hilirisasi industri kelapa tahun 2024 – 2045. Adapun dalam program hilirisasi tersebut, pemerintah menargetkan terjadinya biodiversifikasi kelapa. Salah satunya yakni menjadikan kelapa sebagai bahan bakar pesawat atau bioavtur. 

        Leo menuturkan bahwa inisiatif pengembangan bioavtur berbasis kelapa di Indonesia berasal dari investor Jepang yang mana teknologi pembuatan bioavtur berbasis kelapa yang sudah tersedia di Jepang kini mulai mencari sumber bahan baku selain kelapa sawit dan melihat potensi besar pada kelapa.

        Baca Juga: Selain Wilmar dan Musim Mas, Ini Taipan Sawit Penerima Subsidi Biodiesel

        "Tentu mereka sadar ini persaingan penggunaan kelapa dengan pangan sangat dingin. Sebagian besar kelapa yang sekarang digunakannya untuk pangan, sehingga yang dipakai [untuk bioavtur] adalah bahan baku kelapa akhir atau kelapa non-standard [kelapa kecil yang selama ini dibuang]," kata Leo dalam keterangannya, dikutip Warta Ekonomi, Senin (30/9/2024).

        Salah satu langkah inisiatif tersebut yakni pembangunan pabrik di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang menghasilkan minyak mirip dengan CPO atau minyak sawit mentah yakni CNO alias minyak kelapa mentah. Sehingga, untuk sementara waktu ini CNO dari kelapa Indonesia diekspor ke Jepang untuk diolah menjadi bioavtur.

        Kendati belum mengungkapkan nama perusahaannya, Leo mengklaim jika rencana tersebut telah diinisiasi oleh Indonesia Japan Business Network (IJBNet) yang telah mendapatkan mitra dari Jepang untuk kemudian memproduksi bioavtur di dalam negeri.

        "IJBNet saat ini sedang mempersiapkan pembangunan pabrik CNO di Banyuasin, Sumatera Selatan," ujar dia.

        Baca Juga: Pertama Kali, Pertamina Turun Distribusikan SAF untuk Helikopter

        Dengan demikian, bioavtur baru bisa diproduksi di Indonesia secara penuh jika pabrik CNO yang menggunakan kelapa non-standar pangan telah hadir.

        Kendati demikian, Leo menjabarkan tantangan ke depan yang harus dihadapi oleh industri kelapa yakni bagaimana memastikan pasokan kelapa non-standar tetap tersedia, khususnya jika Indonesia semakin maju serta varietas kelapa unggul lebih dominan. Maka dari itu, sambungnya, hal tersebut akan membutuhkan dorongan investasi dalam pengembangan kelapa varietas non-standar.

        Baca Juga: Selain Wilmar dan Musim Mas, Ini Taipan Sawit Penerima Subsidi Biodiesel

        "Kenapa kelapa? Kemudian terdapat bioavtur? Karena ternyata ini sudah mendapatkan Persetujuan dari lembaga Internasional yang memang punya tujuan bioavtur. Kelapa ini bisa digunakan dan aman, dan itu sudah mendapatkan sertifikatnya. Ini yang kemudian menjadi salah satu bagian yang perlu untuk dimanfaatkan,” paparnya.

        Sebagai informasi, Indonesia membidik peluang pertumbuhan pasar global tumbuh sebanyak 7,05% sampai dengan tahun 2029 dengan permintaan terbesar dari berbagai negara di antaranya Amerika Serikat, Eropa dan China untuk produk makanan, minuman, kosmetik, kesehatan hingga produk tekstil dalam konteks hilirisasi industri kelapa Indonesia.

        Baca Juga: Potensi Ekonomi Rp30 Miliar, PLN Kembangkan Ekosistem Biomassa di Tasikmalaya

        Adapun potensi pasar dalam negeri menurut Leo juga sangat besar yakni 278 industri pengolahan kelapa yang 16 di antaranya terintegrasi dan 83% di antaranya berada di Jawa dan Sumatera.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: