Kepala Ekonom BCA Group David Sumual menilai pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral di dunia masih akan terjadi di masa mendatang. Kendati begitu, hal tersebut amat bergantung pada kondisi ekonomi dan geopolitik global.
Sebelumnya, The Fed telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Kemudian, Bank Indonesia juga memangkas suku bunga acuan BI Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.
"Ke depan dengan suku bunga kebijakan yang kecenderungan melonggar ini juga kita proyeksikan akan terus menurun seiring dengan kebijakan moneter longgar juga oleh The Fed," kata David dalam seminar Warta Ekonomi yang bertajuk Menavigasi Strategi Bisnis Setelah Penurunan Suku Bunga Acuan dan Hancurnya Kelas Menengah di Jakarta, Jumat (27/9/2024).
Baca Juga: BI Rate dan Suku Bunga The Fed Dipangkas, Begini Dampaknya bagi Pasar Modal
Lebih lanjut, ia mengatakan, kondisi ke depan tetap perlu diperhatikan, karena ketidakpastian serta adanya faktor-faktor tak terduga lainnya yang dapat memengaruhi situasi ekonomi global. Menurutnya, kondisi geopolitik perlu diperhatikan, tidak hanya keadaan di Ukraina namun kondisi di timur tengah yang kembali bergejolak. Hal tersebut dinilai dapat memicu kenaikan harga minyak sehingga tidak akan ada penurunan suku bunga oleh The Fed.
"Kalau misalnya tiba-tiba The Fed tidak lagi bisa menurunkan suku bunga, karena misalnya gejolak geopolitik, sehingga harga minyak naik lagi, kalau harga minyak naik lagi, dia (The Fed) akan menunda atau abort penurunan suku bunganya," jelas Tim Ekonom Perbanas tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey menyoroti ketersediaan dan kestabilan harga yang menjadi tantangan bagi pelaku bisnis ritel.
"Jadi saat ini yang dihadapi tentangan bisnis ritel adalah ketersediaan dan kestabilan harga, ketersediaan dan kestabilan harga ini sangat labil situasinya," kata Roy.
Berdasarkan data terbaru, penjualan ritel kategori food dan non-food mengalami penurunan signifikan, kategori food dengan nominal growth pada 2022 sebesar 5,4 menjadi 2,3 pada 2023, sementara non-food pada 2022 sebesar 6,1 menjadi 1,8 di 2023.
"Food nya turun, jadi penurunan level ini bukan baru tahun ini, sudah dampak akumulator dari tahun sebelumnya, food dan non-food itu turun, by value change maupun volume change," paparnya.
Menurutnya, kondisi penjualan retail tidak terjadi penurunan secara menyeluruh, ada kenaikan di beberapa produk namun tetap terpaku pada jumlah ketersediaan barang dan kondisi kestabilan harga.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI), Hari Ganie menyoroti program 3 juta rumah yang digaungkan Presiden terpilih Prabowo - Gibran yang akan dilantik 20 Oktober mendatang. Dia bilang, program 3 juta rumah Prabowo-Gibran tidak hanya berfokus pada pembangunan baru, pasalnya, kapasitas pengembang saat ini hanya mampu membangun sekitar 300-400 ribu unit rumah per tahun.
Baca Juga: Gak Tanggung-tanggung, The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan Sebesar 50 bps jadi 4,75% - 5,0%
Lebih lanjut, Hari menyatakan bahwa program 3 juta rumah Prabowo-Gibran akan menargetkan 3 juta rumah merupakan 2 juta rumah di pedesaan, pesisir dan 1 juta rumah di perkotaan. Dari jumlah tersebut, sekitar 70% di pedesaan dan pesisir akan menggunakan konsep bedah rumah, mengingat banyaknya rumah yang tidak layak huni.
"Jadi kami ini dari REI, meskipun kami juga dibantu memberikan coaching untuk yang 2 juta rumah di pedesaan, karena 2 juta rumah itu nanti mungkin 70%nya adalah bedah rumah, tapi 30%nya ada bangun rumah baru, karena rumah tidak layak unik di pedesaan itu sekarang tinggi sekali," pungkasnya.
Selain itu, untuk kawasan perkotaan, pihaknya menyarankan agar pembangunan 1 juta rumah di perkotaan difokuskan pada 10 kota metropolitan, termasuk Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Denpasar, Makassar, Banjarmasin, dan Manado.
"Fokus kita tetap untuk pembangunan di perkotaan yang 1 juta rumah. Kami memberikan masukan kepada Tim Transisi Prabowo-Gibran bahwa fokuslah hanya kepada 10 kota metropolitan saja karena kalau pembangunan pedesaan tadi jiwanya adalah pengentasan kemiskinan. Tapi kalau yang 1 juta di perkotaan spiritnya adalah untuk meningkatkan produktivitas, untuk memberikan kontribusi terhadap PDB," urainya.
Sebagai informasi, seminar ini dapat terselenggara atas dukungan Bank Mayapada, Bank Mandiri, Astra International, LPS, Antam, BCA, Bank DKI, Pertamina, dan Inalum.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Fajar Sulaiman