Di balik kesuksesan pelaku UMKM Desa Lubuk Cuik Kabupaten Batubara ada sokongan dari PT Inalum yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Inalum memposisikan diri sebagai perusahaan yang menyalurkan CSR-nya kepada masyarakat sekitar hingga membantu mereka menjadi lebih berdaya di bidang ekonomi.
Salah satu yang menonjol dari Desa Lubuk Cuik Kabupaten Batubara adalah pelaku UMKM Turunan Cabai. Masyarakat yang tadinya hanya petani padi, berubah menjadi penanam cabai hingga mampu mengolah turunan cabai menjadi produk menarik yang laris-manis di pasaran.
Baca Juga: Rilis Indeks Bisnis UMKM Triwulan III 2024, BRI Sebut Ekspansi Bisnis UMKM Melambat
Salah satu pelaku UMKM Turunan Cabai Desa Lubuk Cuik Barubara, Usleni menceritakan pada awalnya mayoritas penduduk menanam padi, kemudian di 2006, mereka mulai beralih ke cabai. Dimana pada saat itu keuntungan cabai lebih menggiurkan.
"Kan kita lihat orang waktu itu kan masih satu-satu orang tanam cabai, kan. Ternyata dengan lahan yang mungkin hanya serantai, dua rantai, hasilnya lumayan. Jadi kan yang lain ada yang ikut," kata Usleni mengenang awal dirinya bergelut di bidang pengolahan turunan cabai.
Ia melanjutkan pada tahun 2007 hingga 2010 semakin banyak yang tertarik menanam cabai. Hingga saat ini ada 700 hektar tanaman cabai di desa tersebut dimana sekira 300 hektarnya adalah di Lubuk Cuik.
Cabai di Lubuk Cuik ni pula yang membawa Usleni dan kawan-kawannya menjemput bantuan dari PT Inalum. Bahkan Usleni berkata Inalum telah hadir membantu saat masyarakat memulai untuk menanam cabai. Adapun bantuan yang diberikan adalah pinjaman lunak, pupuk, dan lainnya.
"Saat itu kami mendapat bantuan pinjaman lunak Rp10 juta dan Rp20 juta. Jadi satu kelompok mengajukan, dapatnya Rp10 juta per orang, yang kedua Rp20 juta per orang dalam kelompok itu. Kemudian digilir, nanti kelompok lain lagi yang mendapat," jelasnya.
Selain pinjaman lunak, bentuk dukungan Inalum ke pelaku UMKM ternyata lebih serius, mulai dari memberikan pupuk gratis, membanhung sawung, gapura, promosi, pelatihan teknik marketing, bahkan menampung produk UMKM turunan cabai tersebut.
"Pupuk, gitu, kan. Cuma-cumalah, ya. Lagi, tuh, yang bangun sawung atau gapura, membangun irigasi, promosi dan pemasaran produk," jelasnya lagi.
Merek juga sangat terbantu dengan aktifnya Inalum kepada UMKM binaannya.
"Kalau produk, ada lagi. Kalau ke produk, kami... dibantu Inalum disediakan tempat usaha. Kami ada, itu namanya POJO UMKM Inalum. Lagi, kita pernah juga dibantu untuk pelatihan tentang marketing, gitu. Kita juga ada dibantu alat produksi dari Inalum," jelasnya.
Bantuan dan dukungan Inalum juha sangat terasa ketika hari besar agama tiba. Misalnya pada momen lebaran, maka Inalum akan memesan parsel yang berisi produk turunan cabai hingga 2000 parsel.
Panen 7 Ton
Petani cabai lainnya bernama Suwono mengatakan dirinya bisa menghasilkan 6-7 ton dalam satu musim tanam atau 6 bulan
"6-7 ton. Dari 20 rantai, rata-rata, gitu, lah. 7 ton pokoknya ini hitungnya per 6 bulan. Karena pemibitan nanti 1 bulan. Dia pindah tanam sampai panen per dana itu 85 hari, 2 bulan setengah," jelasnya.
Setelah panen, cabai pun langsung dijual, dan sebagian diolah menjadi produk turunan cabai seperti cabai kering, bubuk cabai, saos cabai botolan hingga sambal basah, seperti sambal teri, sambal bawang yang juga dijual botolan.
"Kalo untuk produksi cabai basah kalo jual paling, sekali produksi paling 50 botol. 15 gitu aja, tergantung permintaan," jelasnya.
Baca Juga: LPDB-KUMKM Laporkan Program Inkubator 2024 Sukses Gelontorkan Dana Rp98,91 M bagi Koperasi
Ia mengatakan saat memulai produk turunan cabai dirinya belum memiliki pengetahuan terkait bidang itu. Kemudian Inalum hadir memberikan pelatihan cara membuat saus, bubuk cabai, minyak cabai dan lainnya.
"Jadi waktu itu karena kita juga pengurus PKK, oh boleh nih buat saus. Itu saus dari awal-awal kita semua usahai sendiri. Nyari botol. Memang kalau ijin-ijinnya Pokoknya nggak ada yang bantu apa-apa. Kita semua apa-apa sendiri. Izin usahanya itu semua dari Pemkab. Cuma semua usahakan sendiri," jelasnya.
Untuk Inalum, mereka lebih membantu ke desain botol kemasan dan perlengkapan lainnya.
"Orang itu yang lebih ini. Orang itu nanti orang itu yang desain botol kemasan semualah dari orang itu. Ini kurang ini Bu.
"Jadi orang itu masih bantu-bantu disitulah. Paling kalau ada proyek orang itu ada untuk sopenir Bu sediakan ini, berapa botol. Makan dia setahun sekali. Dulu jarang. Jarang pakai produk kami. Tapi dua tahun ini orang itu sikit-sikit Bu produk," kisahnya.
Mereka juga pernah terkendala banyak saos yang terakdang meledak karena terlalu lama disimpan.
"Nanti suka meledak. Jadi selama setahun juga sausnya tuh meledak. Oh asamnya.Seminggu udah gembung ini ya. Meledak. Kami belum masaknya belum proakannya belum ini.Jual-jual itu ya. Jadi kayak mana supaya tahan lama tanpa pengawin. Itu coba-coba aja ya. Saus mulai di tahun 2018 itu. Dari 2006-2007 baru 2019 produk sausnya," ungkapnya.
Sementara itu, Kadpe CSR PT Inalum, Daniel Jimmy P Hutauruk mengatakan budget bantuan yang mengarah ke UMKM sebesar Rp1,25 miliar dari anggaran total tahun ini lebih kurang Rp31 miliar. Daniel menyebut dari total Rp1,25 miliar itu sudah terealiasasi 85 persen yakni Rp1,07 miliar.
"Untuk Desa Lubuk Cuik sendiri, sejak tahun 2020 hingga 2024 telah terealisasi Rp419.897.240," ujarnya.
Dimana pada 2020 CSR diberikan dalam bentuk bantuan pupuk Rp13.959.000, perbaikan gapura dan saung tani Rp28.309.000, pemberdayaan petani Rp36.618.240.
"Adapun di 2021 bantuan yang diberikan adalah peralatan produk turunan cabai Rp26.548.000 dan di 2022 ada studi banding pengembangan desa wisata Rp13.463.000 dan bantuan peralatan usaha UMKM sebesar Rp16.000.000," paparnya.
Sementara di 2023 Daniel mengatakan Inalum memberikan Rp100 juta untuk fasilitas peralatan laboratorium pasta cabai serta Rp150 juta untuk pengembangan penelitian cabai. Di tahun 2024, PT Inalum kembali menyalurkan CSR sebesar Rp35 juta untuk membangun gapura desa lumbung cabai di Lubuk Cuwik.
Selain ke Lubuk Cuik, PT Inalum tentunya juga menyalurkan CSR kepada daerah lain, misalnya di Kuala Tanjung.
Untuk tahun 2024 PT Inalum telah menyalurkan sebesar Rp479.650.000 yang diperuntukkan untuk berbagai hal. Misalnya untuk binaan arang briket, jamur tiram, sari larva berdaya, Pokdarwis-wisata sawah, PLTS, bedah rumah hingga bantuan ke sekolah MIS Al-Mukhlisin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Aldi Ginastiar