Dolar Masih Kuat, Investor Waspada Eskalasi Lanjut Konflik Rusia-Ukraina
Indeks Dolar Amerika Serikat (AS) masih kuat dengan mencatat penguatan sebesar 0,03% ke level 106,25 di Selasa (19/11). Padahal hal ini terjadi saat market mencari safe-haven karena ketegangan geopolitik terkait perubahan doktrin nuklir Rusia.
Dilansir Rabu (20/11), penguatan ini cukup berdampak pada mata uang global. Berikut data terkait efek penguatan dolar dari AS:
- Euro (EUR/USD): Melemah 0,12% ke 1,0586.
- Poundsterling Inggris (GBP/USD): Turun 0,04% ke 1,2671.
- Yen Jepang (JPY/USD): Stabil di angka 154,68.
- Franc Swiss (CHF/USD): Melemah 0,32%.
- Rubel Rusia (RUB/USD): Melemah 0,83%, mencapai 100,571 rubel per dolar.
Baru-baru ini terjadi kembali babak baru konflik antara Rusia dan Ukraina. Rusia mengklaim bahwa negara tersebut telah menggunakan rudal ATACMS AS. Rusia geram dengan hal itu dan merespons dengan memutuskan untuk melakukan perubahan doktrin nuklir.
Hal tersebut membuat investor global khawatir. Beruntung, ketegangan sedikit mereda dengan adanya komitmen menghindari perang nuklir yang dinyatakan langsung oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.
Di sisi lain, investor masih optimistis akan tak adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Ucapan Ketua The Fed, Jerome Powell masih menjadi indikasi kuat hal tersebut. Hal ini membuat dolar masih dilihat sebagai salah satu instrument yang bisa dijadikan safe-haven.
Meski begitu, investor diharapkan waspada akan ketidakpastian pasar yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bank sentral. Sebelumnya, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan memangkas suku bunga lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: