Subholding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) yakni, PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) mulai gunakan kecepatan (speed power) untuk penuhi produktivitas tanaman tebu dan produksi gula guna target menuju swasembada gula nasional pada 2028.
Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Ghani secara tegas menjelaskan, berdasarkan analisa data produksi gula secara nasional tahun ini diproyeksikan akan mencapai 2,47 juta ton. Untuk tahun depan nantinya, produksi gula nasional ditargetkan bisa meningkat menjadi 2,6 juta ton.
"Dengan target gula nasional sebanyak itu, berarti kita telah memutus siklus tersebut sejak 1931. Karena produksi gula tertinggi terjadi pada 1930 yakni sebanyak 2,9 juta ton,” terang Ghani dalam kegiatan kick off Program Manis Menuju Swasembada Gula Nasional di kebun tebu Lumajang, Jawa Timur, kemarin sore.
Sementara itu Direktur Utama SGN, Mahmudi menjelaskan, bahwa produksi gula dari SGN sendiri pada 2023 tercatat mencapai 750.000 ton. Untuk tahun ini ditargetkan naik sebanyak 100.000 ton sehingga menjadi 850.000 ton, sedangkan secara produksi gula nasional tahun ini diproyeksi naik sebanyak 200.000 ton.
“Nah target tahun depan dari SGN akan naik sebanyak 150.000 ton sehingga produksinya akan menjadi 1 juta ton. Jadi nanti pada 2028, SGN akan berkontribusi sebanyak 1,48 juta - 1,5 juta ton gula terhadap nasional, dan Insya Allah itu sudah swasembada,” jelasnya.
Menurut Mahmudi, mengejar swasembada gula ini sebetulnya bukan perkara sulit. Apalagi saat ini SGN terus berupaya menggenjot produktivitas tanaman tebu melalui penggunaan teknologi untuk perawatan tanaman tebu, aplikasi platform ETERA (ekosistem tebu rakyat) yang menghubungkan petani dengan perbankan, saprodi penyediaan pupuk melalui program Makmur, irigasi yang baik, serta penggunaan benih tebu varietas baru yang diharapkan dapat meningkatkan produksi gula.
Baca Juga: PTPN Group Luncurkan Empat Varietas Tebu Unggulan untuk Dukung Swasembada Gula Nasional
"Ini bukan sesuatu yang sulit, selama kita punya program akselerasi pendekatan dan intensifikasi. Ada platform digital ETERA, di sana sudah perbankan yang support, Pupuk Indonesia support, Direktorat Jenderal Perkebunan sudah support, ini yang akan mempercepat pencapaian swasembada,” katanya.
Bahkan kata dia, pihaknya bersama Petrokimia Gresik akan menyiapkan layanan mobil Keliling dengan sebanyak 150 petugas yang akan membantu petani menganalisa kontur dan kualitas tanah sehingga pemberian pupuk akan sesuai dengan dosis yang diperlukan.
“Jadi dalam program Manis ini, kita ingin memastikan program yang di awal bisa berjalan dengan baik dengan dukungan digitalisasi, agripreneur dan KUR khusus yang dulu sudah pinjam Rp500 juta tidak bisa dipakai lagi, tapi sekarang sudah bisa pinjam lagu dengan bunga 6% untuk musim tanam berikutnya,” sambungnya.
Adapun dalam gelaran kick off Program Manis itu juga dilakukan pengukuhan kepada 10 peserta agripreneur Tebu terpilih dengan penempatan di Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Sebelumnya SGN telah membuka rekrutmen agripreneur yang menyedot 1.110 animo generasi muda.
Baca Juga: Kementan Lakukan Jurus Optimalisasi Lahan dan Cetak Sawah Baru Demi Atasi Krisis Pangan
Peserta yang telah terpilih akan mengelola mini estate dengan luasan kebun tebu 50 ha - 100 ha. Program Inkubator Agripreneur Tebu ini menjadi terobosan dalam memberikan ruang bagi generasi muda untuk menjadi pionir dalam revolusi pertanian modern.
"Setelah wilayah Sragen, maka kami akan melanjutkan rekrutmen program Agripreneur Tebu untuk penempatan wilayah Madiun, Kediri dan Mojokerto," imbuh Mahmudi.
Disisi lain Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyebut dukungan bersama semua stakeholder pada program Asta Cita Presiden Prabowo serta upaya mencapai swasembada pangan yang sudah dicanangkan. Zulkifli optimistis jika kinerja sejumlah Kementerian terkait bisa kompak maka swasembada pangan bisa diraih sebelum 2028.
"Kita pakai teknologi drone, irigasinya alatnya juga kalau dulu pakai cangkul, sekarang pakai mesin. Terus bibitnya varietas baru bibit unggul dari sebelumnya, sehingga produktivitasnya bisa tinggi, tahun lalu 2,2 juta produksinya sekarang 2,4 juta ton. kami percepat kalau produktivitasnya tinggi sehingga untungnya banyak, sehingga orang tanam lagi dan kita punya ladang baru sehingga bisa swasembada sebelum 2028,” pungkas Zulkifli.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: