Etika agar Dakwah Lebih Optimal di Era Digital dan Cara Waspadai Penyebaran Berita Hoaks
Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) menyelenggarakan chip-in mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dengan tema "Penyebaran Dakwah di Era Digital" bertempat di Lapangan Baru, Desa Kaliwungu, Mandiraja, Banjarnegara pada Rabu (20/11/2024).
Kali ini hadir pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang antara lain Digital Campaign Specialist & Relawan TIK Semarang, Afif Mas'udi Iwan; CEO Berdigital.com, Azzam Muhammad Bayhaqi; Influencer Dakwah, Ustaz Hammad Rosyadi. Para narasumber memberikan paparan soal kecakapan digital, budaya digital, hingga keamanan digital yang penting sebagai modal berinteraksi di dunia digital bagi tiap generasi.
Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia. Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet.
Akhirnya media sosial tak hanya digunakan untuk berinteraksi membangun relasi dan komunikasi. Media sosial juga bisa menjadi sarana efektif untuk berdakwah, namun harus memerhatikan berbagai aspek, salah satunya etika.
Pentingnya etika dalam berdakwah di era digital disampaikan Afif Mas'udi Iwan, bahwa etika dapat membantu menjaga kondusifitas dan stabilitas umum, serta menghindari dampak negatif pada masyarakat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berdakwah di era digital seperti cara penyampaian yang jujur.
Baca Juga: Etika agar Dakwah Lebih Optimal di Era Digital dan Cara Waspadai Penyebaran Berita Hoaks
"Pendakwah harus jujur menyampaikan latar belakang pendidikannya, termasuk disiplin ilmu yang dikuasai. Tidak memposting dakwah yang isinya sebenarnya tidak dikuasainya," kata Afif.
Selain itu menurutnya, pendakwah tidak perlu memaksakan menjawab pertanyaan yang belum diketahui maupun dikuasai. Hal ini lantaran jawaban bisa menimbulkan potensi menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya.
"Dakwah yang tepat di era digital saat ini adalah dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana menyampaikan dakwah-dakwah islamiah," sambung nara sumber lainnya, Azzam Muhammad Bayhaqi.
Namun sebagai warganet yang cerdas, seseorang harus memeriksa ulang sumber dan unggahan di media sosial maupun platform digital. "Periksa URL yang mencurigakan, perhatikan rantai pengalihan (Redirect Chains), periksa judul halaman yang aneh dan favicon yang hilang, sertawaspada terhadap penyalahgunaan CAPTCHA dan pemeriksaan Cloudflare," kiatnya.
Baca Juga: Digitalisasi dan UKM jadi Masa Depan Ekonomi Indonesia
Senada, narasumber lainnya yaitu Hammad Rosyadi ikut memberikan kiat bagi pendakwah saat ingin menggunakan media sosial untuk membuat seminar dakwah. Pertama menurutnya tentukan tujuan dan sasaran audiens, tentukan tema dan topik, menyusun anggaran, kemudian menentukan waktu dan tempat, sampai membuat rundown serta nara sumber.
Untuk mengoptimalkan dakwah, Hammad juga mengungkan lima kiat yang bisa dilakukan saat berdakwah di era milenial dan digital saat ini. "Optimalkan semua potensi dalam berdakwah dengan melakukan studi banding dari banyak sumber. Kemudian hati-hati dengan kepentingan kelompok atau golongan. Diperlukan juga kerja tim dan kepentingan sesaat," tandasnya.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui Website literasidigital.id atau event.literasidigital.id, atau akun Instagram dan Facebook Literasi Digital dan Youtube Literasi Digital.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: