Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kejar Pertumbuhan Pembiayaan 8%-10% di 2025, Begini Siasat APPI

        Kejar Pertumbuhan Pembiayaan 8%-10% di 2025, Begini Siasat APPI Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) optimis industri pembiayaan tumbuh sebesar 9,5 persen pada tahun depan meski adanya tantangan ketidakpastian ekonomi serta peraturan pemerintah terkait kenaikan pajak PPN 12 persen dan pajak opsen. 

        Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno mengungkapkan bahwa saat ini produk pembiayaan sangat bervariasi, mulai dari pembiayaan produktif, konsumtif, hingga pembiayaan multiguna, yang digunakan untuk kebutuhan seperti kendaraan roda 4, roda 2 atau barang elektronik.

        “Mungkin bisa tumbuh 9,5 persen tahun depan, kalau pun kita, misalnya, banyak tantangan,  misalnya, pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, deflasi di dunia seperti apa, dan di Indonesia, itu menjadi setia tantangan kita,” kata Suwandi kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Jumat, (7/12/2024). 

        Suwandi mengatakan, pembiayaan produktif dan konsumtif menjadi penopang utama, namun kini sektor pembiayaan investasi mendominasi.

        Saat ini, pembiayaan investasi alat berat dan modal usaha sebesar 96% dari total pembiayaan, sementara pembiayaan multiguna hanya sekitar 9%. Sebelumnya, porsi pembiayaan multiguna bisa mencapai 20%, namun kini lebih selektif, terutama dalam memberikan kredit untuk kendaraan atau barang konsumtif.

        “Dulu kan multiguna bisa 20 persen, tapi sekarang kan sudah sangat hati-hati multifinance untuk ngasih pinjaman orang, mau kredit motor dan mobil karena banyak yang kena slik,” pungkasnya. 

        Selain itu, tantangan bagi industri pembiayaan lainnya terkait kenaikan pajak opsen kendaraan bermotor dalam UU No 1 Tahun 2022 yang akan dikenakan pemerintah daerah, menimbulkan terjadinya kenaikan harga kendaraan.

        "Kenaikan pajak opsen ini tentu akan memberatkan pasar, dan mengurangi daya beli masyarakat," ujarnya.

        Menurutnya, agar terus berkembang, perusahaan pembiayaan harus menawarkan refinancing pinjaman sebagai ladang baru. Dengan adanya jaminan berupa BPKB kendaraan atau alat berat, perusahaan pembiayaan dapat menawarkan berbagai produk pinjaman tanpa harus menarik jaminan fisik dari nasabah.

        “Rata-rata perusahaan pembiayaan sudah memiliki database besar dari nasabahnya, dan mereka bisa memanfaatkan data tersebut untuk menawarkan refinancing pinjaman," imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cita Auliana
        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: