Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BRI dan BSI Diusulkan Jadi Bank Emas Pertama Indonesia

        BRI dan BSI Diusulkan Jadi Bank Emas Pertama Indonesia Kredit Foto: Dokumen: Sekretariat Jenderal Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia sedang mempersiapkan langkah besar dalam sektor keuangan dengan rencana mendirikan bullion bank atau bank emas. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menunjuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sebagai pengelola bullion bank pertama di tanah air.

        "BRI, sebagai pemegang saham Pegadaian, dan BSI, seharusnya menjadi bank bullion di Indonesia," ujar Airlangga dalam Indonesia SEZ Business Forum 2024, Senin (9/12/2024).

        Menurutnya, keberadaan bullion bank akan memungkinkan Indonesia mengelola aset emas secara mandiri, yang penting sebagai investasi safe haven di tengah krisis global.

        Baca Juga: Menteri BUMN Perkenalkan ke Masyarakat Cara Berinvestasi lewat Bank Emas

        Langkah ini semakin strategis karena Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik siap memproduksi 60 ton emas batangan per tahun melalui hilirisasi tembaga. Sebelumnya, Indonesia hanya mengekspor konsentrat tembaga hingga 30 juta ton ke luar negeri untuk diolah menjadi emas.

        "Sejak 1967, kita menghasilkan hampir nol emas dari Freeport. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya, Gresik akan memproduksi emas sebanyak 60 ton per tahun," ungkap Airlangga. Ia menambahkan, stok emas di Pegadaian yang mencapai 70 ton menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk memperkuat perannya sebagai penghasil emas utama dunia.

        Baca Juga: Menko Airlangga: KEK dapat Bantu Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

        Airlangga menjelaskan bahwa bullion bank tidak hanya menyimpan emas fisik, tetapi juga dapat mengelola nilai ekonominya. "Selama ini, stok emas hanya disimpan di gudang dan dicatat tonasenya, bukan nilainya. Di Singapura, emas sudah dimasukkan ke dalam neraca bank," ujarnya.

        Dengan bullion bank, emas tidak lagi sekadar menjadi komoditas simpanan, tetapi juga aset produktif yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. "Indonesia harus memanfaatkan kekuatannya sendiri untuk mengelola emas dan meningkatkan nilai tambahnya," tutup Airlangga.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: