Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Semangat Dasasila Bandung untuk Perdamaian di Ukraina

        Semangat Dasasila Bandung untuk Perdamaian di Ukraina Kredit Foto: Dok. Panpel
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sejarah selalu dikaitkan dengan peristiwa masa kini, dan potensi peristiwa di masa depan. Salah satu peninggalan sejarah penting peradaban manusia modern khususnya bangsa Indonesia adalah Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1995.

        Peristiwa KAA adalah respon internasional terhadap dinamika politik dunia pasca Perang Dunia Kedua yang mengakibatkan ketidakstabilan perdamaian dunia menjadi ancaman perang nuklir, perang ideologi, dan bahkan terakumulasi menjadi Perang Dingin antar kedua blok pemenang.

        Blok Barat (kapitalisme) dipimpin oleh Amerika Serikat melawan Blok Timur (komunisme) yang dipimpin oleh Uni Soviet. Masing-masing blok melakukan berbagai upaya untuk menguasai negara-negara baru merdeka secara ideologis.

        Negara-negara yang baru merdeka khususnya di Asia dan Afrika tak tinggal diam. Maka atas inisiasi lima kepala negara dunia ketiga bertemu di di Sri Lanka tahun 1954. Kelima kepala negaa tersebut yakni Perdana Menteri (PM) Sri Lanka, Sir John Kotelawala; PM Birma,U Nu; PM India, Jawaharlal Nehru; PM Indonesia, Ali Sastroamidjojo dan PM Pakistan, Mohammed Ali.

        Dari pertemuan tersebut, terbentuklah ide menggalang negara-negara yang baru merdeka pada Konferensi Asia Afrika di Bandung. Setidaknya ada tiga isu utama yang dibahas dalam Konferensi Asia Afrika, yakni kerja sama ekonomi, budaya, dan politik yang tecermin dalam sepuluh sila universal yang disepakati bersama yang dikenal sebagai Dasa Sila.

        Prinsip konsensus tersebut kemudian menjadi semangat bagi negara-negara Asia Afrika yang umumnya baru merdeka untuk melawan hegemoni dua negara adidaya yang mengancam eksistensi dan perdamaian kekuatan baru yang dikenal dengan nama Gerakan Non Blok.

        Sejak 24 Februari 2022, konflik Rusia dan Ukraina—yang sebetulnya terjadi sejak aneksasi Krimea tahun 2014--belum terselesaikan yang berdampak secara global karena menimbulkan berbagai krisis multidimensi: ekonomi, pangan, energi, dan kemanusiaan.

        Konflik Rusia dan Ukraina berdampak global karena menyeret berbagai aktor khususnya dua kekuatan politik besar yang mempercepat konflik ini menjadi besar dan berdampak luas secara internasional, yakni hegemoni NATO melawan hegemoni Rusia.

        Secara langsung konflik NATO dan Rusia menyeret banyak negara yang bukan merupakan bagian dari keduanya namun memiliki hubungan yang erat dan sama-sama menentukan sikap keberpihakan terhadap kedua kekuatan tersebut. Akibat hal tersebut, penyelesaian konflik antara Rusia dan Ukraina relatif alot.

        Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga tidak bisa berbuat banyak karena Rusia punya kekuatan besar, termasuk hak veto di Dewan Keamanan. Di tengah konflik ini, fokus dunia harus diakui terpecah karena muncul konflik yang sifatnya lokal namun menginternasional yakni Israel-Palestina dan lagi-lagi Suriah.

        Dasasila Bandung sebagai alternatif

        Dasa Sila Bandung, adalah semangat imparsialitas terhadap kekuatan negara adidaya saat itu, melahirkan Gerakan Non-Blok sebagai basis kekuatan dunia ketiga untuk menjaga identitas nasionalnya agar tidak tergerus oleh kapitalisme dan komunisme.

        Nilai-nilai Dasa Sila Bandung menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia, independensi politik, anti-intervensi terhadap negara lain, penolakan terhadap agresi, penolakan terhadap aliansi pertahanan, dan penyelesaian damai.

        Dalam hal ini upaya aktualisasi Dasa Sila Bandung oleh negara-negara dunia ketiga di Asia dan Afrika yang menginginkan perdamaian dunia mutlak dilakukan dalam berbagai kesempatan dan berbagai saluran, yang tentu saja hal ini akan menantang di tengah polarisasi masyarakat internasional yang memiliki kepentingan berbeda, seperti halnya kepentingan Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia atau NATO.

        Semangat Dasa Sila Bandung memiliki relevansi dengan Formula Perdamaian yang diajukan pihak Ukraina maupun Rusia. Dimana keduanya secara terpisah mengusulkan untuk mengakhiri perang.

        Jika dilihat Formula Perdamaian Ukraina yang diajukan Oktober 2022 yang terdiri dari 10 poin memberikan garis besar yang tegas dan komprehensif untuk tujuan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di kawasan.

        Di antara poin-poin tersebut mencakup kekhawatiran Ukraina terhadap keamanan nuklir, integritas teritorial, repatriasi tawanan perang dan pengungsi, dan pengadilan bagi para pelaku kejahatan kekejaman.

        Sementara Formula Perdamaian versi Rusia yang dirilis pertengahan Maret 2024 berisi usulan “rencana perdamaian” yang menyerukan penyerahan penuh dan tanpa syarat Ukraina, pembubaran pemerintah Ukraina, dan pengakuan Ukraina secara internasional sebagai bagian dari wilayah Rusia, bukanlah tuntutan yang mudah dipenuhi oleh pihak Ukraina.

        Kedua rencana dan proposal mencerminkan prioritas negara dan kawasan masing-masing. Namun, Formula Perdamaian Ukraina adalah tawaran yang cukup konsisten dengan prinsip-prinsip hukum internasional maupun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan semangat dasa sila Bandung, yang menekankan tujuan perdamaian dengan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Negara .

        Meski demikian, sebagai semangat imparsialitas maka ketika Dasa Sila Bandung disuarakan oleh para negara Asia-Afrika haruslah diikuti tindakan yang tegas untuk mendorong penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.

        Indonesia sebagai salah satu penggagas gerakan Non Blok, Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, pendiri dan pemimpin ASEAN memiliki portofolio kekuatan diplomasi yang dapat digunakan untuk menciptakan perdamaian dunia.

        Posisi politik luar negeri Indonesia yang dapat diterima oleh semua pihak, memungkinkan Indonesia menjadi juru kunci perdamaian Ukraina dan Rusia dengan landasan Hukum Internasional diatas penghormatan terhadap integritas Negara.

        Indonesia seharusnya dapat bersikap tegas terhadap Rusia atau negara manapun yang tidak menghormati kedaulatan Negara lain. Semoga Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo, mampu memenuhi harapan masyarakat internasional. Mengambil insiatif untuk segera menghentikan perang dan menciptakan perdamaian yang abadi.

        Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi, S.H., S.E., M.E, Politisi Indonesia, Mantan Duta Besar RI untuk Ukraina, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Nasional

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: