Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        IHSG Dibayangi Ancaman Dinamika Ekonomi Global, Investor Soroti China-AS

        IHSG Dibayangi Ancaman Dinamika Ekonomi Global, Investor Soroti China-AS Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakhiri perdagangan dengan kenaikan sebesar 24,28 poin atau 0,34% ke level 7.088,87 di Jumat (10/1). Pasar tengah diliputi oleh khawatiran terkait dengan inflasi hingga dinamika perekonomian antara China dan Amerika Serikat (AS).

        Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya mengatakan pasar tengah waspada terhadap kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral China (PBOC) dan Federal Reserve (The Fed).

        Baca Juga: Digandeng Happy Hapsoro, Ini Alasan Arsjad Rasjid Hanya Punya Satu Lembar Saham di RAJA

        "Pasar tampaknya masih waspada terhadap melambatnya pemangkasan suku bunga serta keputusan bank sentral," ungkap Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas, dilansir Senin (13/1).

        Perekonomian China terus menjadi sorotan menyusul belum adanya efek yang timbul berkat stimulus yang diberikan oleh Beijing. Perlambatan ekonomi justru semakin terlihat dalam perekonomian nasional dari China.

        Bank Sentral China (PBOC) baru-baru ini bahkan memutuskan menangguhkan pembelian obligasi pemerintah karena kekurangan pasokan menysul kekhawatiran risiko gelembung dalam pasar obligasi China.

        The Fed juga menjadi perhatian pasar menyusul adanya sinyal perlambatan pelonggaran kebijakan saat kekhawatiran inflasi terus meninggi. Kebijakan Donald Trump yang digadang-gadang cenderung memprioritaskan perekonomian domestik juga menambah kekhawatiran pasar global.

        Beragam kebijakan seperti tarif impor baru dikhawatirkan akan memicu inflasi bahkan mematik perang dagang skala global. Hal ini diperkuat dengan pengetatan pengawasan terhadap sejumlah perusahaan yang dilakukan oleh China dan AS.

        Adapun Bank Indonesia (BI) memberikan data perekonomian nasional terbaru, yakni Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2024. Data tersebut hanya tumbuh 0,9% (yoy) atau lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1,5% (yoy).

        Baca Juga: Butuh Modal Kerja, Indonesian Paradise (INPP) Jual 149,01 Juta Saham ke Perusahaan Jepang

        Namun, bank sentral tetap optimistis penjualan ritel akan meningkat pada Desember 2024. Pihaknya bahkan memprediksi bahwa data tersebut akan mencapai 220,3 atau tumbuh 1,0% (yoy).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: