Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PLN Butuh 63 Ribu Km Jaringan EBT, Investasi Capai Ratusan Triliun!

        PLN Butuh 63 Ribu Km Jaringan EBT, Investasi Capai Ratusan Triliun! Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut akselerasi energi baru terbarukan hingga tahun 2040 membutuhkan jaringan transmisi sepanjang 63 ribu Kilo Meter Sirkuit (KMs). Panjang jaringan ini diasumsikan bisa melebihi satu kali perjalanan mengelilingi bumi.

        ”Dari sekarang hingga 2034, (Butuh) 48.000 kilometer jaringan transmisi. Dari sekarang hingga 2040, 63.000 kilometer jaringan transmisi. Hadirin sekalian, jika ingin mengelilingi bumi, jaraknya 42.000 kilometer.63.000 kilometer berarti Anda berkeliling dunia dan kemudian perlu berjalan lebih jauh lagi, 20.000 kilometer," ucapnya ucap Darmawan dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, di Jakarta, Selasa (11/2/2025).

        "Biayanya? Tidak terlalu mahal. Hanya 25 miliar dolar AS untuk 10 tahun ke depan dan sekitar 35 hingga 40 miliar dolar AS untuk 17 tahun ke depan,” lanjutnya.

        Baca Juga: PLN Dukung Pemberdayaan Narapidana Melalui Pemanfaatan FABA di Nusakambangan

        Rencana pembangunan jaringan transmisi ini selaras dengan target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034, serta merupakan bagian dari komitmen Indonesia di COP 29 untuk mengangkut hingga 75 GW energi terbarukan pada tahun 2040.

        ”Jadi komitmen pemerintah sangat kuat. Bagaimana kita akan beralih dari fosil ke energi terbarukan. Potensinya sangat besar, tapi tanpa membangun ini, tidak mungkin kita bisa memanfaatkan sumber daya tersebut,” ujar Darmawan. 

        Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menciptakan ekosistem pendanaan yang kondusif untuk menarik investasi dalam pengembangan energi hijau di Indonesia.

        Darmawan juga menyoroti perkembangan inovasi teknologi yang membuat energi terbarukan semakin terjangkau. Sebagai contoh, harga energi surya yang dahulu mencapai 25 sen per kilowatt jam (KWh), kini hanya 4,5-4,6 sen per KWh.

        Baca Juga: Sepanjang 2024, PLN Sulap 3,4 Juta Ton Abu PLTU Jadi Bahan Multiguna

        ”(Lalu) angin dulu 11, 12 sen. Hari ini, kira-kira 6, 7, atau 8 sen. Sistem penyimpanan energi baterai dulu sekitar 13 sen, 14 sen, dan hari ini kira-kira 4 sen per kilowatt jam, jadi semakin menurun. Jadi itulah mengapa kita berbicara tentang daya saing energi terbarukan yang semakin baik,” lanjutnya. 

        Lebih lanjut, Darmawan menekankan bahwa akselerasi EBT bukan hanya penting untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga memiliki multiplier effect yang besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

        ”Untuk mempercepat pertumbuhan, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, memberantas kelaparan, menghapus kemiskinan, dan pada saat yang sama mengurangi emisi gas rumah kaca, menyeimbangkan antara pertumbuhan dan keberlanjutan lingkungan. Itu bukan tugas yang mudah,” tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: