Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengukur Dampak Jalan Tol Trans-Sumatera Terhadap Perekonomian Kota Tebing Tinggi

        Mengukur Dampak Jalan Tol Trans-Sumatera Terhadap Perekonomian Kota Tebing Tinggi Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Medan -

        Kepala Seksi Pencairan Dana KPPN Tebing Tinggi, Muamar Yasser mengatakan dalam tulisannya bahwa Dead City, adalah sebuah istilah yang mungkin asing di telinga kita karena ini adalah tren di Amerika Serikat  yang menggambarkan kota-kota yang mengalami kehancuran atau penurunan populasi yang signifikan akibat modernisasi, termasuk pembangunan jalan tol. 

        "Istilah ini mulai muncul sejak awal abad ke-20, utamanya di masa pasca Perang Dunia ke-2 ketika infrastruktur jalan raya diperluas secara besar-besaran melalui Interstate Highway System yang digaungkan secara masif oleh Presiden Amerika ke-24 yaitu Presiden Dwight D. Eisenhower sejak tahun 1956," katanya, Jumat (11/4/2025).

        Sejalan dengan itu, selama periode kepemimpinannya (2014-2024) Presiden Joko Widodo telah menempatkan pembangunan infrastruktur, khususnya jalan tol, sebagai prioritas utama pembangunan. Tujuan utama dari pembangunan ini untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah, menurunkan biaya logistik, dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. 

        "Salah satu pencapaiannya adalah pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa yang menghubungkan Merak hingga Surabaya. Proyek ini sejatinya telah dimulai sejak era Presiden Soeharto namun memang tidak selesa," ujarnya.

        Kemudian dilanjutkan kembali oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan akhirnya selesai secara paripurna pada masa Presiden Jokowi. Dengan panjang total sekitar 1.167 kilometer, jalan tol ini secara resmi tersambung pada Desember 2018. 

        Dampaknya positifnya secara signifikan mempersingkat waktu tempuh antar kota-kota utama di Pulau Jawa dan meningkatkan efisiensi distribusi barang dan mobilitas orang.

        "Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu kota yang sejak tahun 2019 menjadi salah satu kota yang dilintasi oleh Jalan Tol Trans Sumatera. Menarik untuk kita cermati, apakah dengan adanya pembangunan jalan tol ini akan berdampak positif terhadap perekonomian Kota Tebing Tinggi," katanya.

        Untuk mengukur sejauh mana manfaat perekonomian jalan Tol bagi Kota Tebing Tinggi, dapat kita telaah dari beberapa indikator makroekonomi yang meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Inflasi Daerah serta Pendapatan Per Kapita. 

        "Indikator ini dapat menjadi pedoman sekaligus early warning bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi sekiranya indikator ini nantinya menunjukkan hasil yang negatif," katanya.

        Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 

        PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah/daerah/region tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi, baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) atau Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

        PDRB ADHB menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun untuk melihat pergeseran struktur ekonomi. Sedangkan PDRB ADHK menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai dasar untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). 

        "Terdapat tiga pendekatan yang umum digunakan dalam menghitung angka-angka PDRB, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Secara teori ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama sehingga jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB ADHB," ujarnya.         

        Dari data Tabel 1 di atas, terdapat tren peningkatan positif PDRB walaupun di masa COVID-19. Kalau ditilik lebih dalam, bahwa motor penggerak PDRB Kota Tebing Tinggi didominasi pada perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor. 

        "Hal ini mungkin dapat dipahami Kota Tebing Tinggi merupakan kota transit sebagai titik simpang ke kota-kota besar lainnya di Sumatera utara sehingga menjadi tempat yang strategis untuk menjadi pusat-pusat transisi distribusi barang. Dengan adanya jalan tol, efisiensi dalam distribusi barang semakin meningkat," katanya.

        Baca Juga: 3 Tahun Memimpin HIPMI Sumbar, Brian Putra Bastara Sukses Dorong Inovasi dan Digitalisasi

        Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 

        Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau biasa disebut tingkat pengangguran menggambarkan proporsi angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif mencari dan bersedia untuk bekerja. Ini tidak boleh disalahartikan sebagai kesulitan ekonomi, meskipun korelasi antara tingkat pengangguran dan kemiskinan sering ada dan cenderung memiliki korelasi negatif (tingkat pengangguran relatif rendah pada orang-orang miskin). 

        Penganggur adalah penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, dan bersedia untuk bekerja. Bersama dengan rasio penduduk bekerja terhadap jumlah penduduk, tingkat pengangguran menyediakan indikator situasi pasar tenaga kerja di negara-negara yang mengumpulkan informasi tentang tenaga kerja.

        "Terkait dengan jalan tol, maka diharapkan tercipta peluang kerja baru, baik selama fase konstruksi maupun operasional, yang pada gilirannya dapat menurunkan tingkat pengangguran di wilayah Kota Tebing Tinggi," katanya.

        Apakah harapan meningkatnya peluang kerja yang berdampak terhadap penurunan TPT, hal ini dapat kita lihat dari Data tabel 1 di atas yang menggambarkan adanya tren penurunan TPT dari awalnya 8,60% di tahun 2019 menjadi 6,18% di tahun 2024. Oleh karena itu, patut diduga dengan adanya pembangunan jalan tol dan operasionalnya, turut berkonstribusi terhadap penurunan TPT karena ada penyerapan tenaga kerja penduduk Kota Tebing Tinggi.

        Inflasi Daerah

        Inflasi adalah kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya.

        Inflasi daerah adalah upaya pemerintah untuk mengelola laju inflasi di tingkat lokal atau regional. 

        "Diharapkan dengan adanya jalan tol, maka distribusi barang lebih efisien yang pada gilirannya dapat membantu menekan biaya transportasi, yang berpotensi menstabilkan atau menurunkan tingkat inflasi di daerah tersebut. Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi," ujarnya.

        Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi penting yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga sejumlah barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen khususnya di daerah perkotaan. Sesuai Data Tabel I di atas, secara umum kisaran inflasi Kota Tebing Tinggi dalam periode 2019-2024 masih di bawah tingkat inflasi Indonesia. Oleh karenanya, dengan adanya jalan tol turut mendukung pengendalian harga barang dan jasa di Kota Tebing Tinggi.

        Pendapatan Per Kapita

        Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara pada suatu periode tertentu. 

        Sedangkan Pendapatan per kapita daerah adalah rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap orang di suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Pendapatan per kapita daerah dapat dihitung dengan membagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah dengan jumlah penduduknya. Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk membandingkan kesejahteraan atau standar hidup suatu negara/daerah dari tahun ke tahun. 

        Pendapatan per kapita merupakan faktor yang sangat penting untuk suatu negara/daerah jika pendekatan per kapita naik maka kesejahteraan masyarakat juga meningkat. Keterkaitannya dengan jalan tol, maka diasumsikan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan peluang kerja, pendapatan rata-rata per kapita masyarakat diharapkan meningkat sehingga menjadi cerminan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

        "Jika menilik data Pendapatan per kapita Kota Tebing Tinggi yang periode 2019-2024 yang berasal dari Pembagian PDRB ADHB dengan jumlah penduduk pada Tabel I di atas, dapat kita ketahui terdapat tren peningkatan Pendapatan per kapita penduduk di Kota Tebing Tinggi. 

        Terdapat penurunan Pendapatan Per Kapita hanya di saat awal mewabahnya Covid-19. Oleh karena itu, dengan adanya jalan tol tercipta lapangan kerja baru serta adanya peningkatan aktivitas ekonomi di wilayah Kota Tebing Tinggi yang pada gilirannya turut berkontribusi menambah pendapatan bagi pemerintah daerah maupun masyarakat," katanya.

        Baca Juga: Pasca Lebaran 2025, Pasien RSUD Pirngadi Medan Naik 849

        Sejauh ini, dengan adanya pembangunan jalan tol yang melewati Kota Tebing Tinggi masih berdampak positif terhadap perekonomian Kota Tebing Tinggi. Hal tersebut tercermin dari hasil positif tren perkembangan data indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Inflasi Daerah serta Pendapatan Per Kapita yang telah kita bahas di atas. 

        Memang secara umum, hasil pembahasan ini berbeda dengan dampak perekonomian pada kota-kota lainnya di sepanjang Kode Medan ke Tebing Tinggi, seperti Perbaungan, Bengkel, dan Rampah. Secara kasat mata dapat kita lihat di kota-kota tersebut terjadi penurunan signifikan aktivitas ekonomi yang secara umum disebabkan semakin berkurangnya kendaraan umum/pribadi yang melewati kota dimaksud. 

        "Nah, yang terjadi pada Kota Tebing Tinggi mungkin kota ini tidak secara langsung tidak dilewati oleh kendaraan khususnya kendaraan umum. Karena saat ini masih banyak penumpang yang berhenti atau naik di/dari Kota Tebing Tinggi karena urusan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, distribusi perdagangan dan lainnya mengingat Kota Tebing Tinggi masuk tiga besar Kota/Kabupaten yang IPM-nya tertinggi serta fasilitas kesehatan dan pendidikannya yang relatif memadai," ujarnya.

        Inilah yang menarik penduduk dari daerah tetangga untuk datang ke Kota Tebing Tinggi. Selanjutnya ke depan dengan semakin bertambahnya panjang jalan tol khususnya ruas ke Danau Toba, perlu dikaji kembali apakah indikator perekonomian di Kota Tebing Tinggi masih mengalami tren positif atau menjadi sebaliknya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: