Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mentan Pede Indonesia Kuat Hadapi Tekanan Tarif Trump: Kita Punya Segala Macam

        Mentan Pede Indonesia Kuat Hadapi Tekanan Tarif Trump: Kita Punya Segala Macam Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimistis Indonesia masih mampu berdiri kokoh meskipun diterpa badai perang dagang global akibat ancaman kebijakan tarif impor tinggi dari Amerika Serikat. 

        Menurutnya, kekuatan sektor pertanian Indonesia, khususnya dari komoditas unggulan seperti Crude Palm Oil (CPO), membuat bangsa ini tidak akan mudah goyah.

        "Dengan kebijakan tarif (impor), kita Indonesia kuat, kita punya CPO (minyak kelapa sawit mentah). Kita punya segala macam, (impor) ke Amerika," ucapnya, seperti dikutip dari Antara.

        Baca Juga: Optimisme Investor Bursa Eropa Melejit Usai Trump Jeda Implementasi Tarif AS

        Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan kenaikan tarif impor barang. Indonesia sendiri dikenakan tarif hingga 32 persen. Namun, Amran menilai kebijakan itu bukan hambatan besar. Bahkan, langkah-langkah antisipatif telah disiapkan pemerintah untuk merespons tekanan tersebut.

        "Ini sangat mudah, kita geser. Gandum kita impor, karena kita tidak bisa produksi. Kita impor dari Amerika kurang lebih 10 juta ton, di sektor pertanian. Itu selesai. Kemudian, kedua adalah kita ekspor CPO (Crude Palm Oil) 1,7 juta ton ke Amerika, dan ke seluruh dunia itu 26 juta ton. Kalau dikatakan ini berkurang, langsung kita jadikan buyer food," jelasnya.

        Salah satu strategi utama pemerintah adalah mempercepat penerapan bahan bakar campuran berbasis minyak sawit. Program mandatory CPO seperti B40 yang menggabungkan 60 persen solar dengan 40 persen bahan bakar nabati akan dimulai pada Januari 2025.

        Sementara itu, B50, campuran 50 persen solar dan 50 persen biodiesel dari CPO, ditargetkan mulai diterapkan paling lambat pada 2026.

        "Ini ada B40-B50, kita rancang, kita sudah persiapkan semua. Tetapi yang terpenting adalah, setiap tekanan selalu ada celah kita bisa gunakan," ujar Amran.

        Baca Juga: Tempuh Negosiasi Hadapi Tarif Trump, RI Dukung ASEAN-AS Perkuat Hubungan Ekonomi

        Ia juga menyampaikan bahwa tekanan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan peluang tersembunyi yang bisa dimanfaatkan. Ia menggambarkan tekanan sebagai pemicu lompatan atau percepatan yang signifikan.

        "Jadi, yang menerima tekanan berbahagialah, kenapa? pasti ada peluang di dalamnya. Dan biasanya, kalau ada tekanan, kita semakin kuat," pungkasnya.

        Dengan optimisme dan kesiapan strategi diversifikasi serta penguatan industri berbasis CPO, pemerintah menunjukkan bahwa tekanan dari luar negeri tidak serta merta menjadi ancaman mutlak, justru bisa jadi pemantik inovasi dan ketahanan nasional.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Belinda Safitri
        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: