Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Menandai satu dekade kolaborasi konkret di bidang energi terbarukan dan efisiensi energi, sekaligus membuka peluang baru untuk pengembangan teknologi hijau di masa depan, Indonesia dan Denmark memperkuat kemitraan strategis dengan menandatangani pembaruan kerja sama yang telah berjalan sejak 2015.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen sepakat untuk memperluas ruang lingkup kerja sama sektor energi kedua negara dalam pertemuan bilateral.
Baca Juga: PKB di Kabinet Prabowo-Gibran: Bukan Soal Kursi, Tapi Soal Stabilitas
Penandatanganan Protokol Perubahan dan tiga Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara pelaku usaha Indonesia dan Denmark dilakukan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta pada Senin (21/4/2025).
Bahlil menyampaikan bahwa pertemuan bilateral dengan Denmark dilakukan untuk membahas kemajuan kerja sama yang telah berjalan. Ia juga menekankan kerja sama dengan Denmark dapat mendukung perkembangan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.
"Penandatanganan MSP ini merupakan bagian perpanjangan apa yang telah dilakukan 10 tahun yang lalu. Dan kami sangat mengapresiasi selama kurang lebih 10 tahun pemerintah Indonesia dan Denmark telah melakukan banyak hal dalam melakukan kerjasama khususnya pengembangan energi dan lebih khusus lagi energi baru dan terbarukan," ujar Bahlil, dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Selasa (22/4).
Sebagai langkah nyata untuk mempererat kolaborasi, kedua Menteri menandatangani Protokol Perubahan Ketiga MSP tentang Energi Terbarukan dan Bersih, dan Konservasi Energi. Protokol ini memperpanjang masa berlaku MSP sebelumnya, dengan tujuan memperluas kegiatan di bawah program Indonesia Denmark Energy Partnership Programme (INDODEPP).
"Kita tahu Denmark salah satu negara yang mempunyai pengalaman panjang dalam pengelolaan energi baru dan terbarukan, khususnya di bidang angin, mereka punya teknologi, punya pengalaman panjang, dan sekarang mereka mempunyai satu teknologi untuk menurunkan efisiensi terhadap pemakaian energi," tandas Bahlil.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengatakan, kerja sama antara Indonesia dan Denmark akan menjadi contoh bagaimana peningkatan energi terbarukan dapat berjalan seiring dengan penguatan kemandirian dan ketahanan energi.
"Saya sangat gembira dengan kenyataan bahwa kerja sama yang erat antara Denmark dan Indonesia ini bukan sekadar respons cepat terhadap apa yang sedang kita saksikan saat ini, tetapi merupakan sesuatu yang telah kita jalin bertahun-tahun lalu. Hari ini kita merayakan 10 tahun kerja sama yang erat di sektor energi, dan hal ini benar-benar dapat membuka jalan bagi kemitraan strategis komprehensif," ungkap Rasmussen.
Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara pelaku sektor swasta dari kedua negara, tidak hanya menjadi langkah signifikan menuju transisi energi Indonesia, tetapi juga memperkuat posisi Denmark dalam transisi hijau. Adapun MSP yang ditandatangani adalah sebagai berikut:
1. MSP antara PLN Indonesia Power dan Vestas tentang Kerja Sama Studi Bersama untuk Menjajaki Potensi Peluang Pengembangan dalam Memenuhi Permintaan Listrik Hijau di Indonesia.
2. MSP antara PLN Nusantara Power dan Vestas tentang Kerja Sama Studi Bersama untuk Menjajaki Potensi Pengembangan Proyek Pembangkit Listrik Energi Terbarukan di Indonesia.
3. MSP antara PLN Indonesia Power dan Saltfoss Energy tentang Kerja Sama Pengembangan Nuklir di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: