Kredit Foto: Djati Waluyo
Harga minyak dunia tergelincir dalam perdagangan di Rabu (23/4). Pasar menyoroti manuver terbaru dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Dilansir dari Reuters, Kamis (24/4), Brent Crude ditutup turun 1,96% menjadi US$66,12/barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Crude melemah 2,2% ke US$62,27/barel.
Baca Juga: ESDM Berharap Pemenang WK Migas Tahap II Berkontribusi Tingkatkan Ketahanan Energi
OPEC dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk mempercepat peningkatan produksi minyak di Juni 2025. Sejumlah anggotanya dikabarkan akan mengusulkan kenaikan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut, seiring munculnya ketegangan internal dalam kelompok produsen terkait kepatuhan terhadap kuota produksi.
"Saya tidak terkejut jika mereka ingin meningkatkan produksi. Ini bisa memicu kekhawatiran soal kohesi kartel. Mungkin mereka lelah menahan kenaikan produksi," ujar Analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Adapun Kementerian Energi Kazakhstan merilis pernyataan yang menegaskan komitmen negara tersebut terhadap stabilitas pasar energi global, serta kepatuhan pada kesepakatan OPEC+.
Kazakhstan sebelumnya sempat membuat geram anggota negara pengekspor minyak lain karena memproduksi melebihi kuota yang telah disepakati.
“Partisipasi kami dalam OPEC+ adalah alat penting untuk memastikan stabilitas global, menciptakan kondisi bagi pelaksanaan rencana nasional, dan menarik investasi. Kami berkomitmen untuk bekerja secara konstruktif dalam kerangka kesepakatan dan memenuhi kewajiban kami," ungkap Menteri Energi Kazakhstan, Erlan Akkenzhenov.
Namun Akkenzhenov sebelumnya juga menyatakan bahwa kepentingan nasional akan tetap menjadi prioritas dalam menentukan level produksi minyak dari Kazakhstan.
Baca Juga: Kontribusi Hilirisasi Sawit Melalui Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi bagi Negara-negara Dunia
Baca Juga: Perkembangan Sawit di Provinsi Riau Penyebab Deforestasi? Itu Hoaks!
Pasar minyak juga mendapatkan dukungan dari AS. Data pemerintah menunjukkan bahwa stok minyak mentah meningkat secara tak terduga minggu lalu, sementara persediaan bensin dan destilat turun lebih besar dari perkiraan. Hal tersebut mendukung ekspektasi permintaan bahan bakar yang kuat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar