Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Trump Sadar Perang Dagang Tak Menguntungkan, Kini Tunggu 'Uluran Tangan' China

        Trump Sadar Perang Dagang Tak Menguntungkan, Kini Tunggu 'Uluran Tangan' China Kredit Foto: Reuters/Aly Song
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Amerika Serikat (AS) menyebut bahwa perang tarif akan menjadi petaka untuk pihaknya dan China. Hal ini menjadi sinyal terbaru soal potensi de-eskalasi konflik dagang antara dua negara economic powerhouse tersebut.

        Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, menyatakan bahwa perang tarif tidak akan bisa terus berlangsung dan hanya akan membawa petaka dalam jangka panjang untuk China-AS.

        Baca Juga: Bos BI Beberkan 3 Faktor Ekonomi RI Solid di Tengah Gonjang Ganjing Tarif Trump

        Bessent menegaskan bahwa pihaknya mendorong adanya negosiasi soal kebijakan perdagangan dengan China. Namun, penurunan tarif harus terjadi sebelum pembicaraan dagang dapat dilanjutkan, dan pihaknya tidak akan melakukannya secara sepihak tanpa China.

        “Kedua pihak sama-sama mengakui bahwa tingkat tarif saat ini tidak berkelanjutan. Ini setara dengan embargo, dan pemutusan hubungan dagang antara dua negara jelas tidak menguntungkan siapa pun,” kata Bessent, dilansir dari Reuters, Jumat (25/4).

        Adapun Gedung Putih dilaporkan membuka opsi untuk memangkas tarif secara signifikan terhadap barang impor dari China.

        Namun, belum ada langkah konkret yang diambil dan langkah tersebut tidak akan dilakukan tanpa kesepakatan bersama dengan Beijing. Adapun pembicaraan soal penanggulangan epidemi fentanyl dilaporkan belum menunjukkan kemajuan yang berarti sejauh ini.

        Baca Juga: Saat Trump Main Tarif, Prabowo: Kita Tak Akan Berlutut!

        Juru Bicara Gedung Putih juga membantah laporan mengenai rencana pemangkasan tarif. Pihaknya menyebut kabar tersebut hanya sebuah spekulasi  dan menegaskan bahwa informasi resmi hanya akan datang langsung dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: