Kredit Foto: Pupuk Kaltim
PT Kaltim Industrial Estate (KIE), anak usaha Pupuk Kaltim, dan PT Kaltim Methanol Industri (KMI) resmi menandatangani perjanjian kerja sama penyediaan suplai karbon dioksida (CO2) sebagai upaya pengelolaan karbon yang lebih berkelanjutan dan mendorong transisi menuju energi rendah emisi.
Dalam kerja sama ini, Pupuk Kaltim menyediakan karbon dioksida hasil sampingan dari proses produksi amonia dan urea, KIE menyediakan infrastruktur distribusi, sementara KMI akan memanfaatkan CO2 tersebut sebagai bahan baku tambahan untuk meningkatkan produksi metanol di pabriknya.
Direktur Operasi Pupuk Kaltim, F. Purwanto, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap agenda dekarbonisasi dan penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Sebagai perusahaan yang berkomitmen pada prinsip keberlanjutan, kami melihat bahwa kerja sama penyediaan CO₂ ini tidak hanya bermanfaat secara operasional, tetapi juga merupakan bagian dari transformasi industri pupuk dan petrokimia menuju proses yang lebih hijau dan rendah emisi,” ujarnya, Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Baca Juga: Sudah Capai 74%, Pupuk Kaltim Targetkan 100.000 Hektare Lahan Tergabung dalam Program MAKMUR 2025
Pupuk Kaltim, yang merupakan salah satu produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara, selama ini menghasilkan CO₂ sebagai emisi dari proses produksi. Melalui inisiatif ini, emisi tersebut akan diolah kembali menjadi bahan baku bernilai, khususnya untuk konversi metanol oleh KMI.
Direktur Utama KIE, Muhammad Erriza, menyebutkan bahwa kerja sama ini menjadi langkah awal strategis dalam memperkuat sinergi antarperusahaan dan mempercepat transisi energi. “Tidak hanya memperkuat sinergi antar perusahaan, tetapi juga menjadi kontribusi nyata kita terhadap agenda nasional dan global dalam pengurangan emisi dan percepatan transisi energi,” kata Erriza.
Baca Juga: Pupuk Kaltim Masuk Nominasi ASEAN Risk Awards 2025 Berkat Integrasi GRC dan Inisiatif Lingkungan
Senada, Direktur Utama KMI, Futhosi Urai, menyatakan bahwa pasokan tambahan CO₂ dari Pupuk Kaltim akan berdampak langsung terhadap peningkatan efisiensi dan kapasitas produksi metanol perusahaan. “Ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang KMI dalam mengembangkan industri metanol yang lebih efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing di pasar global,” ujarnya.
KMI mengapresiasi inisiatif tersebut sebagai langkah inovatif yang mampu memperkuat posisi industri Kalimantan Timur dalam sektor energi bersih dan menjadikan kawasan industri Bontang sebagai pionir industri rendah karbon di Indonesia. Kolaborasi ini juga sejalan dengan target pengurangan emisi dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia serta komitmen terhadap Perjanjian Paris.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: