- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Bauran EBT 2025 Diproyeksi Hanya 14,4%, Pemerintah Pacu Co-Firing dan COD Pembangkit
Kredit Foto: Istimewa
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan bauran energi baru terbarukan (EBT) hanya mencapai 14,4% hingga akhir 2025, masih di bawah target 15,9% dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, menyampaikan hingga Mei 2025, realisasi bauran EBT tercatat sebesar 14,2% atau setara 24,1 terawatt hour (TWh). Sementara itu, bauran energi nasional masih didominasi batu bara sebesar 67,5%, gas 15,7%, dan BBM 2,6%.
“Secara percentage, mungkin EBT-nya 15,9% dengan 14,2% tidak jauh-jauh, tapi TWh-nya memang baru sepertiga lebih. Kemudian kita hitung, di akhir tahun nanti prognosanya, itu EBT-nya 14,4%,” ujar Jisman dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (30/6/2025).
Jisman mengakui terdapat kesenjangan antara target dan realisasi dari sisi bauran maupun volume produksi energi. Target volume produksi EBT pada 2025 sebesar 89,4 TWh, namun hanya diperkirakan mencapai 61 TWh, atau selisih sekitar 27–28%.
“Ada lag antara target RUKN dengan prognosa di 2025 Bapak-Ibu sekalian. Karena setiap tahun lah kita akan menghitung, jadi 15,9% dengan 14,4%. Kalau dari TWh-nya 89–61, sekitar 27–28%, ya kita akan meningkatkan nanti co-firing,” katanya.
Untuk menutup celah tersebut, pemerintah mengandalkan teknologi co-firing biomassa di PLTU guna menekan penggunaan batu bara tanpa membangun pembangkit baru. Selain itu, percepatan operasional proyek EBT dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034 turut didorong.
Percepatan commercial operation date (COD) diharapkan dapat menambah kontribusi EBT dalam bauran energi sebelum akhir tahun.
Upaya ini sejalan dengan target jangka menengah dan panjang dalam RUKN serta RUPTL, di mana porsi EBT ditargetkan meningkat secara bertahap hingga mencapai 29,4% pada 2034.
Baca Juga: Prabowo Resmikan Operasi dan Pembangunan 55 Pembangkit EBT di 15 Provinsi
Namun demikian, dominasi energi fosil masih tinggi. Per Mei 2025, total kapasitas pembangkit listrik nasional mencapai 105 gigawatt (GW), dengan 78,5 GW dikelola oleh PLN dan mitra produsen listrik independen (IPP). Dari total tersebut, 41,4 GW (53%) berasal dari PLTU berbasis batu bara dan 23,14 GW (29%) dari gas.
Sementara itu, porsi EBT di sistem PLN masih terbatas, yakni PLTA sebesar 6,4 GW, panas bumi 2,69 GW, PLTS 370 MW, bayu 150 MW, dan bioenergi 100 MW.
Adapun pembangkit listrik di luar sistem PLN, termasuk Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sendiri (IUPTLS) dan Pemegang Persetujuan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum (PPU), menyumbang 26,3 GW. Komposisinya masih didominasi PLTU (61%), disusul pembangkit berbasis bioenergi dan gas.
Sepanjang 2024, produksi listrik nasional tercatat sebesar 408,4 TWh, dengan rincian: batu bara 68,2%, gas 16,2%, BBM 2,7%, dan EBT hanya 12,9%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri