Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Memecahkan Hambatan Infrastruktur IT di Tengah Laju Penerapan AI

        Memecahkan Hambatan Infrastruktur IT di Tengah Laju Penerapan AI Kredit Foto: Antara/WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kawasan Asia Tenggara kini berdiri di garis depan transformasi digital, dipacu oleh percepatan pengadopsian teknologi seperti AI generatif (GenAI) dan aplikasi cloud-native. Laporan Nutanix Enterprise Cloud Index (ECI) 2025 mencatat bahwa lebih dari 60% perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang telah mulai menerapkan strategi GenAI. Asia Tenggara kini menjadi sebagai salah satu kawasan dengan adopsi GenAI tercepat, digerakkan oleh peningkatan otomatisasi, strategi AI nasional yang kuat, dan peningkatan pengadopsian AI oleh banyak perusahaan. Namun transisi GenAI dari fase eksperimental ke implementasi produksi berskala besar masih dihambat oleh keterbatasan integrasi infrastruktur IT. 

        Untuk membuka potensi penuh GenAI, organisasi harus memprioritaskan modernisasi infrastruktur IT mereka guna memastikan infrastruktur tersebut scalable, aman dan siap AI,” ucap Jay Tuseth, Vice President dan General Manager Nutanix untuk Asia Pasifik dan Jepang.

        Kawasan ini mengalami fase peralihan yang cepat ke aplikasi cloud-native. Didorong oleh ekonomi digital yang melonjak 2,5 kali lipat menjadi US$ 11 miliar pada 2024 (vs.2022) menurut riset Google, Asia Tenggara dengan cepat mengadopsi aplikasi cloud-native. Hal ini memungkinkan perusahaan menyediakan layanan digital yang lebih agile, scalable dan inovatif. Kontainerisasi aplikasi, yang kini menjadi standar global untuk pengembangan cloud-native, memungkinkan akses data yang aman dan lancar di seluruh lingkungan hybrid multicloud.

        Di kawasan APJ, sebanyak 80% organisasi sudah melakukan kontainerisasi pada beberapa aplikasi mereka, dan 16% lainnya sedang dalam proses melakukannya (Laporan 2025 ECI). Seiring dengan pertumbuhan pengadopsian ini, penguasaan Kubernetes dalam skala besar menjadi sangat penting.

        Dengan tekanan biaya yang semakin besar, pemimpin IT di Asia Tenggara memikirkan ulang strategi cloud mereka. Sebanyak 95% organisasi di dunia mengatakan GenAI telah membentuk ulang prioritas mereka, terutama seputar keamanan dan privasi. Insight ini juga tercermin di APJ (Laporan 2025 ECI).

        Nutanix membantu organisasi-organisasi di kawasan ini untuk meraih kesuksesan jangka panjang dengan memberikan kebebasan dan kendali terhadap memodernisasi infrastruktur IT, meningkatkan kemampuan AI, dan mempersiapkan operasional yang siap menghadapi masa depan di lingkungan hybrid multicloud. Baik itu menggunakan platform yang siap AI atau memodernisasi sistem lama, Nutanix membantu membangun fondasi yang agile dan cloud-smart untuk mendorong inovasi tanpa kompromi.

        “Nutanix tidak lagi sekadar solusi hyperconverged, melainkan telah berkembang menjadi platform as a service dengan modul database-as-a-service (NDB) dan otomasi self-service. Pengguna kini dapat membangun, menjalankan, dan mengelola database dari satu konsol tunggal, baik di pusat data mereka sendiri maupun di public cloud. Model self-service ini juga mendukung chargeback antar departemen, memudahkan pelaporan biaya, sekaligus menjaga efisiensi operasional secara transparan,” kata Faiz Shakir, Vice President & Managing Director Nutanix untuk India & ASEAN.

        Untuk menjawab tantangan di kawasan Asia Tenggara ini, Nutanix memperkenalkan sejumlah solusi inovatif yang diungkap dalam .NEXT Jakarta 2025. Beberapa di antaranya mencakup Nutanix Cloud Clusters (NC2) yang kini mendukung Google Cloud, memungkinkan pelanggan memindahkan beban kerja antar-cloud dengan lebih cepat dan efisien, melakukan modernisasi aplikasi, dan pemulihan bencana dengan lebih cepat. Selain itu, perusahaan juga mengumumkan peluncuran Cloud Native AOS, sebuah solusi penyimpanan dan layanan data enterprise yang dirancang untuk mendukung Kubernetes dan bare metal secara langsung.

        Di ranah AI, Nutanix memperkenalkan versi terbaru dari Enterprise AI yang telah terintegrasi dengan NVIDIA Enterprise AI, termasuk framework NeMo dan NIM. Integrasi ini menyederhanakan pengembangan dan pengelolaan aplikasi agentic AI di enterprise.

        Komitmen Nutanix terhadap pasar Indonesia tercermin dari kerja sama jangka panjang dengan institusi penting di tanah air. Kementerian Dalam Negeri RI, misalnya, menggunakan Nutanix untuk mempercepat digitalisasi layanan pemerintahan dan meningkatkan efisiensi operasional pusat data mereka. Sementara Artajasa dan Pegadaian memanfaatkan solusi hyperconverged infrastructure (HCI) dari Nutanix untuk meningkatkan ketahanan, skalabilitas, dan efisiensi biaya.

        Saat ini, perusahaan fokus untuk memberdayakan bisnis di Indonesia agar dapat bergerak melampaui transformasi digital yang mendasar dan mempercepat fase pertumbuhan mereka berikutnya. Hal ini termasuk menyediakan fondasi penting untuk inovasi dan pengadopsian AI serta aplikasi cloud-native. Saat ini, Nutanix melayani berbagai pelanggan di Indonesia dari berbagai sektor, termasuk namun tidak terbatas pada layanan keuangan, sektor publik, serta manufaktur dan layanan,” ucap Robert Kayatoe, Country Manager Nutanix Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sufri Yuliardi
        Editor: Sufri Yuliardi

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: