Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wall Street Cetak Rekor Tertinggi, Nvidia Hampir Jadi Perusahaan Paling Bernilai dalam Sejarah

        Wall Street Cetak Rekor Tertinggi, Nvidia Hampir Jadi Perusahaan Paling Bernilai dalam Sejarah Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bursa Saham Amerika Serikat (Wall Street) kembali mencetak rekor penutupan tertinggi pada Kamis (3/7). Hal tersebut didorong oleh laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan kenaikan valuasi saham Nvidia di Amerika Serikat (AS).

        Dilansir dari Reuters, Jumat (4/7), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Saham Amerika Serikat (AS):

        • S&P 500 (SPX): naik 0,83% ke 6.279,36
        • Nasdaq Composite (IXIC): menguat 1,02% ke 20.601,10
        • Dow Jones Industrial Average (DJIA): naik 0,77% ke 44.828,53

        Saham Nvidia melonjak dengan kapitalisasi pasarnya mencapai US$3,89 triliun. Ia mendekati rekor tertinggi sepanjang masa dan hampir menjadi perusahaan dengan nilai pasar terbesar dalam sejarah.

        Kenaikan ini banyak didorong oleh investor ritel, yang tampaknya mengabaikan tekanan inflasi dan ketidakpastian terkait tarif, dan lebih fokus pada data pekerjaan positif hari ini.

        “Kita sedang melihat gelombang euforia irasional; pasar saham sangat bias terhadap optimisme,” kata Kepala Strategi Pasar Man Group, Kristina Hooper.

        “Tapi ada dasarnya. Data pekerjaan tidak seburuk yang dikhawatirkan, dan itu memberikan rasa lega," ungkapnya

        Data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan nonfarm payrolls naik 147.000 di Juni. Sementara tingkat pengangguran turun ke 4,1%. Capaian tersebut menandakan stabilitas pasar tenaga kerja.

        Namun, pasar kini tidak lagi memperkirakan pemangkasan suku bunga pada bulan Juli. Probabilitas pemangkasan sebesar 25 basis poin pada September berada di 68%.

        Adapun DewanPerwakilan Rakyat (DPR) AS telah menyetujui rancangan aturan pemotongan pajak dan belanja besar-besaran. Undang-undang ini diperkirakan akan menambah utang nasional sebesar US$3,4 triliun. AS saat ini memiliki utang sebesar US$36,2 triliun.

        Baca Juga: Bursa Eropa Menguat, Pasar Saham Didorong Kejutan Laporan Ketenagakerjaan AS

        Secara teori, pemotongan pajak dan peningkatan belanja pemerintah dapat mendorong permintaan ekonomi. Namun, dalam konteks saat ini, kebijakan ini dapat memicu tekanan inflasi tambahan, yang akan berdampak pada arah kebijakan suku bunga The Fed.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: