- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Laut Merah Panas, Harga Minyak Terdongkrak ke Level Tertinggi Selama Dua Pekan
Kredit Foto: Kementerian ESDM
Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Selasa (8/7). Ia mencatat level tertinggi dalam dua pekan menyusul kekhawatiran baru terhadap pasokan global akibat adanya proyeksi penurunan produksi, tarif baru terhadap tembaga hingga serangan Houthi di Laut Merah.
Dilansir dari Reuters, Rabu (9/7), Brent Crude Futures naik 0,8% dan ditutup di US$70,15. Sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 0,6% menjadi US$68,33.
Baca Juga: Alfamart (AMRT) Tanam Investasi USD1 Juta di Perusahaan Minyak Jelantah, Ini Tujuannya
Laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan bahwa produksi minyak pada tahun ini akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Penurunan harga minyak tahun ini telah mendorong produsen untuk memperlambat aktivitas pengeboran.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump juga mematik kekhawatiran baru dengan mengatakan akan mengumumkan tarif sebesar 50% untuk impor tembaga, guna mendorong produksi domestik atas logam penting tersebut.
Kebijakan tersebut mengejutkan pasar dan turut mendorong harga tembaga naik ke rekor tertinggi, yang berdampak pada reli harga komoditas lainnya, termasuk minyak.
"Prospek produksi yang lebih rendah di AS memicu reli harga, dan ini terus didorong oleh berita tarif tembaga serta meningkatnya ketegangan di Laut Merah," ujar Analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Di Laut Merah, tiga awak kapal tewas dalam serangan drone dan kapal cepat yang menghantam kapal kargo Eternity C berbendera Liberia dan dioperasikan oleh Yunani. Ini merupakan insiden kedua dalam sehari setelah periode relatif tenang selama beberapa bulan terakhir.
Serangan-serangan tersebut telah memaksa kapal pengangkut minyak, gas, dan energi lainnya untuk menghindari wilayah tersebut, yang menyebabkan rute pelayaran lebih panjang dan meningkatkan biaya energi global.
Sementara itu, harga bensin dan solar AS yang terus naik dalam beberapa pekan terakhir juga turut mendorong kenaikan margin keuntungan kilang (crack spread), menandakan permintaan energi yang tetap kuat.
Baca Juga: Bukan Solusi! Legalisasi Sumur Minyak Rakyat Disebut Berbahaya
Namun demikian, pasar tetap mencermati berita negatif seperti rencana OPEC+ untuk menaikkan produksi sebesar 548.000 barel per hari pada Agustus, serta eskalasi perang dagang AS yang dipicu oleh kebijakan tarif terbaru dari Trump.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar