Kredit Foto: Pertamina International Shipping (PIS)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan peralihan impor minyak dan gas bumi (Migas) ke Amerika Serikat (AS) akan dilakukan dengan perhitungan yang matan dan masuk ke harga keekonomian.
Sebagaimana diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa pemerintahannya mematok tarif impor sebesar 19% terhadap seluruh produk asal Indonesia mulai 1 Agustus 2025. Angka tersebut turun sebesar 13% dari rencana awal sebesar 32%.
Adapun, salah satu daya tawar Indonesia ke AS adalah dengan memasukan proposal yang berisi rencana pemerintah Indonesia untuk melakukan impor produk migas dari AS senilai US$ 10 miliar - US$ 15 miliar atau setara dengan Rp 162,8 triliun - Rp 244,3 triliun.
Baca Juga: ESDM Panggil Pertamina Bahas Rencana Impor Migas Rp244 Triliun dari AS Usai Negosiasi Tarif
"Semuanya kita akan hitung sesuai dengan harga keekonomian yang sama," ujar Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Bahlil mengatakan, peralihan impor Migas harus dihitung dengan harga keekonomian yang sama dari sebelum dan setelah melakukan impor dari AS. Menurutnya, hal tersebut diperlukan untuk memberikan keuntungan bagi kedua negara dan stakeholder terkait.
"Harus saling menguntungkan ya dan kita pingin negara kita juga harus mendapatkan harga yang seefisien mungkin," ujarnya.
Baca Juga: Disambut Positif, Penurunan Tarif Impor AS Bakal Gairahkan Ekspor RI
Dia mengatakan kementerian ESDM akan segera mengambil langkah dalam menindaklanjuti hasil dari negosiasi impor yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia akan tarif impor yang ditetapkan oleh AS.
"Kami dari ESDM sudah harus melakukan langkah-langkah dalam rangka menindaklanjuti dengan khususnya Pertamina," ucapnya.
Bahlil mengatakan, komunikasi dengan PT Pertamina diperlukan karena dalam negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia salah satu poin penawarannya adalah untuk melakukan impor produk migas dari AS senilai US$ 10 miliar - US$ 15 miliar atau setara dengan Rp 162,8 triliun - Rp 244,3 triliun.
Baca Juga: Prabowo Mainkan Kartu Migas dalam Negosiasi Tarif dengan AS
Adapun produk Migas yang dimaksud terdiri dari Liquified Petroleum Gas (LPG), miyak mentah (Crued), dan Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Saya belum melakukan rapat teknis dengan Pertamina, nanti setelah rapat teknis dengan Pertamina, baru kami akan menyampaikan," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump Selasa waktu setempat mengumumkan bahwa pemerintahannya mematok tarif impor sebesar 19% terhadap seluruh produk asal Indonesia mulai 1 Agustus 2025.
Trump menyampaikan kesepakatan dagang baru ini akan menguntungkan AS, termasuk komitmen pembelian produk-produk energi dan pertanian AS oleh Indonesia.
Baca Juga: Impor Produk AS Berisiko Tekan Petani dan Bebani Fiskal Negara
“Mereka akan membayar 19% dan kami tidak membayar apa pun. kami akan mendapat akses penuh ke Indonesia, dan kami memiliki beberapa kesepakatan lain yang akan segera diumumkan,” ujar Trump, mengutip Reuters, Rabu (16/7/2025).
Trump mengklaim Indonesia telah sepakat untuk membeli US$15 miliar produk energi, US$4,5 miliar produk pertanian AS, serta 50 pesawat Boeing. Namun, tidak disebutkan batas waktu pelaksanaan pembelian tersebut.
Hingga 2024, nilai total perdagangan Indonesia-AS tercatat mendekati US$40 miliar. Data dari U.S. Census Bureau menunjukkan ekspor AS ke Indonesia naik 3,7 persen, sedangkan impor dari Indonesia ke AS tumbuh 4,8 persen. Hal ini menyebabkan defisit perdagangan barang AS terhadap Indonesia mencapai hampir US$18 miliar.
Baca Juga: Pemerintah Luncurkan Deregulasi Impor 10 Jenis Komoditas, Ini Daftar Lengkapnya!
Adapun produk unggulan ekspor Indonesia ke AS mencakup minyak kelapa sawit, alat elektronik seperti router dan switch, alas kaki, ban kendaraan, karet alam, dan udang beku. Sementara itu, Indonesia bukan mitra dagang utama AS karena tidak termasuk dalam 15 negara dengan nilai perdagangan tertinggi, namun pertumbuhan perdagangan bilateral menunjukkan tren meningkat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo