Premi Reasuransi 'Kabur' ke Luar Negeri! Industri Asuransi Diam-Diam Biang Defisit?
Kredit Foto: Azka Elfriza
Industri perasuransian nasional dinilai menjadi salah satu penyumbang terbesar defisit neraca jasa Indonesia, dengan potensi defisit hingga Rp12 triliun pada 2024, akibat tingginya arus premi reasuransi ke luar negeri.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu, mengungkapkan bahwa sekitar 40% premi reasuransi nasional setiap tahun mengalir ke luar negeri, memperparah defisit neraca jasa dalam neraca transaksi berjalan Indonesia.
“Industri kita, industri perasuransian, ini termasuk penyumbang defisit neraca berjalan yang besar,” ujar Benny dalam gelaran Indonesia Re International Conference 2025, Selasa (22/7/2025).
Baca Juga: Konsolidasi Reasuransi BUMN Diharapkan Perkuat Daya Tahan Risiko Asuransi Nasional
Benny menekankan bahwa meskipun neraca transaksi berjalan masih mencatat surplus dalam beberapa tahun terakhir. Namun, jika dicermati lebih dalam pada komponen neraca jasa khususnya sektor perasuransian dan reasuransi, terjadi defisit yang konsisten.
“Angkanya minus Rp7 sampai Rp8 triliun, 2023 Rp11 triliun, 2024 Rp12 triliun. Dan ini kalau kita hitung akumulasi tiap tahun, ini adalah angka tahun per tahun,” paparnya.
Menurutnya, jika tidak segera dihentikan, beban defisit ini akan terus menggerus keseimbangan ekonomi nasional.
Selain itu, Benny juga menyoroti perlunya kesamaan cara pandang dalam melihat risiko antar lembaga keuangan agar tidak terjadi selisih yang berujung kerugian besar di sektor reasuransi.
“Risiko bukan cuma dilihat partially oleh tiap komponen di dalam ekosistem industri keuangan. Katakan bank melihat risiko sendiri, asuransi melihat risiko sendiri, reasuransi melihat risiko sendiri. Enggak, ini harus kolain,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa dalam praktik selama ini, reasuransi kerap menjadi pihak yang menanggung risiko paling akhir dan mengalami kerugian paling besar, sehingga transformasi menyeluruh diperlukan.
Baca Juga: Premi Asuransi Umum dan Reasuransi Tembus Rp55,84 Triliun, Kinerja Membaik pada April 2025
Menurut Benny, hilirisasi sektor keuangan juga menjadi hal krusial untuk menopang daya tahan ekonomi nasional.
“Bukan cuma untuk manufacturing business, tapi termasuk juga untuk industri keuangan. Kalau kita bisa perkuat hilirisasi keuangan, insya Allah nanti di industri keuangan pun akan menjadi kuat,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: