- Home
- /
- EkBis
- /
- Infrastruktur
Selain Atasi Banjir ROB, Jalan Tol Semarang–Demak Terintegrasi Akan Kurangi Waktu Tempuh
Kredit Foto: Istimewa
Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, terus mendorong percepatan pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak yang terintegrasi dengan tanggul laut.
Salah satu proyek strategis nasional ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik, namun juga mengatasi permasalahan banjir ROB yang selama ini melanda wilayah Kaligawe, Genuk, Sayung hingga kawasan industri Terboyo.
Baca Juga: Pemerintah Transformasi Besar Layanan Publik di Sektor Transportasi Udara
Sekretaris Kementerian Koordinator, Ayodhia G.L. Kalake, menegaskan proyek ini merupakan bentuk nyata sinergi lintas Kementerian dan Lembaga dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan infrastruktur yang tidak hanya fungsional, namun juga tangguh terhadap perubahan iklim dan bencana alam. Langkah ini diharapkan dapat menjadi model pengelolaan banjir terpadu di kota-kota pesisir lainnya.
“Pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak adalah contoh konkret bagaimana pembangunan infrastruktur harus terintegrasi dengan sistem pengendalian banjir dan pengembangan wilayah. Ini bukan hanya soal jalan, tetapi tentang keselamatan, efisiensi ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan,” ujar Sesmenko Ayodhia, dikutip dari siaran pers Kemenko Infra, Selasa (29/7).
Ia juga menekankan bahwa keberhasilan proyek ini akan berdampak signifikan terhadap pengurangan waktu tempuh dari 60 menit saat macet menjadi hanya 10 menit. Selain itu, banjir ROB yang selama ini merendam kawasan pesisir akan dapat tertanggulangi melalui sistem tanggul laut dan kolam retensi yang telah dirancang secara komprehensif.
Sesmenko Ayodhia menyampaikan bahwa pengendalian banjir dalam proyek ini juga diperkuat dengan pembangunan kolam retensi di Terboyo dan Sriwulan, serta sistem rumah pompa yang mampu mengalirkan debit air dari sungai-sungai utama ke laut. Selain infrastruktur fisik, proyek ini juga mencakup revegetasi mangrove seluas ±46,3 hektar sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.
“Pembangunan tidak boleh meninggalkan lingkungan. Karena itu, revegetasi mangrove dan manajemen area disposal menjadi bagian integral dari rencana besar ini,” tambah Sesmenko Ayodhia.
Proyek ini ditargetkan rampung secara keseluruhan pada April 2027 dengan manfaat jangka panjang berupa efisiensi biaya logistik dari Rp25.235/trip menjadi hanya sekitar Rp4.205/trip serta peningkatan nilai lahan pada kawasan-kawasan yang semula terendam menjadi lahan produktif seluas ±576 hektar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya