Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tangkap Potensi Ekonomi Digital, Perbankan Perlu Tiga Solusi ini untuk Hadapi Disrupsi

        Tangkap Potensi Ekonomi Digital, Perbankan Perlu Tiga Solusi ini untuk Hadapi Disrupsi Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Moengage menggelar #GROWTH Summit 2025 Jakarta, pada Kamis, 7 Agustus 2025, yang berlangsung di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta. Acara ini menghadirkan sejumlah pakar industri, CXO, dan pemimpin terkemuka di bidang marketing, customer engagement, teknologi informasi, dan pertumbuhan bisnis.

        Roy Simangunsong, Country Head  Moengage mengatakan, forum ini menjadi wadah berbagi dan diskusi bagi para pelaku di industri perbankan, keuangan, ritel, dan teknologi informasi. "Khususnya, mengenai pentingnya inovasi digital dalam rangka peningkatan customer engagement untuk menjaga keberlangsungan bisnis," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (10/8/2025).

        Selanjutnya, dalam sesi Fireside Chat bertema “Banking Theme”, Wakil Ketua Komtap II Kajian Ekonomi Global Strategis Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Josua Pardede, mewanti-wanti potensi banjirnya produk asal China ke Indonesia sebagai dampak dari kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

        Baca Juga: Airlangga Hartarto: Ekonomi Digital Indonesia Jadi Lokomotif ASEAN, Target USD 2 Triliun di 2030

        “Produk-produk dari China ini dikenakan tarif 30 persen. Artinya ada kemungkinan bahwa dengan produk China yang tidak bisa masuk ke Amerika, artinya akan bisa membanjiri produk-produk China masuk ke Indonesia dengan lebih mudah,” kata Josua.

        Meski demikian, Josua menyebut pertumbuhan ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan terus terakselerasi dan berlangsung secara eksponensial hingga 2030. "Kami tetap melihat bahwa kontribusi dari ekonomi digital ini akan melampaui 5 persen terhadap GDP (produk domestik bruto/PDB–red) mendekati ataupun menuju 2030,” katanya.

        Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) yang juga Ketua Bidang IT & Operation Perbanas, Toto Prasetio, memaparkan tiga solusi dalam menghadapi disrupsi di dunia perbankan. Pertama, perlunya modernisasi untuk kesiapan sistem digitalisasi dalam rangka mendukung hyper-personalization. Kedua, menyangkut pengembangan sumber daya manusia (people), dan ketiga, penguatan keamanan siber (cyber security).

        “Jadi itu yang harus dipersiapkan agar kita bisa set ke arah situ. Mulai dari teknologi, security, personalisasi hingga people menjadi elemen yang penting,” jelasnya.

        Sesi diskusi panel berikutnya mengangkat tema "Forging the Future: Digital Transformation & Bullion Banking in the Indonesian Financial Landscape”. Dalam sesi ini, Head of Sharia Consumer Banking CIMB Niaga, Bung Aldilla, memaparkan tiga fokus utama perusahaan dalam meningkatkan layanan consumer banking.

        Pertama, penguatan platform digital untuk menjaga layanan end-to-end tanpa mengabaikan kemudahan (seamless) guna memberikan pengalaman menarik bagi nasabah.
        “Jadi dari umur anak-anak yang masih muda hingga mungkin sudah pensiun bisa menggunakan platform digital kita,” katanya.

        Kedua, kolaborasi dengan ekosistem Islam seperti sekolah Islam, komunitas hijrah, hingga rumah sakit, dinilai penting untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas. Ketiga, peningkatan literasi. Ia menyebut tingkat literasi keuangan syariah tahun 2025 telah mencapai 44–46 persen, namun tingkat inklusinya masih tertinggal..

        Di sesi yang sama, Head of Bullion Business Pegadaian, Kadek Eva Suputra, memaparkan strategi membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan gadai, tabungan, dan bank emas (bullion bank).

        Baca Juga: Laba Perbankan Diprediksi Tumbuh Moderat, Kredit dan DPK Menurun

        Kadek menjelaskan, terdapat empat kunci utama yang diterapkan oleh Pegadaian. Salah satunya adalah transformasi produk dan layanan transaksi emas yang dimulai sejak 2018.
        “Karena kita lihat emas ini sangat mudah diterima. Apalagi kenaikan harga emas kan kalau kita lihat tahun lalu, kurang lebih 32 persen kenaikannya. Kalau kita in average selama data 20 tahun, rata-rata 12,3 persen annual growth-nya,” kata Kadek.

        Poin kedua adalah peluncuran berbagai platform teknologi untuk mengembangkan layanan emas digital, yang sebelumnya hanya tersedia secara konvensional.

        “Kemudian yang ketiga tentu adalah operation, ini harus didukung, transformasi dan yang tidak kalah penting yang keempat adalah sebenarnya dari sisi culture-nya. Di sini ada organisasi sama mindset untuk culture, itu juga akan sangat mendukung transformasi. Nah itulah kenapa emas dan harus didukung ke transformasi,” imbuhnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: