Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        OJK Laporkan Kinerja Keuangan Triwulan I 2025 Positif, Dana Pihak Ketiga Tumbuh hingga Bursa Karbon Melonjak

        OJK Laporkan Kinerja Keuangan Triwulan I 2025 Positif, Dana Pihak Ketiga Tumbuh hingga Bursa Karbon Melonjak Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Triwulan I-2025 ditandai dengan divergensi pertumbuhan ekonomi global di tengah ketidakpastian kebijakan dan fragmentasi perdagangan. Amerika Serikat mencatat pertumbuhan ekonomi 2,0% yoy, melambat dari 2,5% yoy pada triwulan sebelumnya, menunjukkan tanda moderasi setelah ekspansi kuat di akhir 2024. 

        Aktivitas industri dan pasar tenaga kerja tetap stabil, meski permintaan domestik melemah. Sementara itu, ekonomi Tiongkok tumbuh solid 5,4% yoy berkat stimulus pemerintah dan lonjakan ekspor sebelum tarif impor AS diberlakukan. Zona Eropa masih stagnan dengan pertumbuhan 1,2% yoy, mencerminkan lemahnya permintaan domestik dan tekanan pada sektor manufaktur.

        Inflasi inti di negara maju menunjukkan penurunan moderat. AS mencatat inflasi inti 2,81% yoy, turun dari 3,2%, sedangkan kawasan Eropa mencatat penurunan ke 2,4% yoy. Mayoritas bank sentral global menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan. ECB memangkas suku bunga total 50 bps pada Januari dan Maret 2025, Bank of England memotong 25 bps pada Februari, sementara PBoC mempertahankan suku bunga 3,1%.

        Ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% yoy pada triwulan I-2025 dengan inflasi terjaga dan kepercayaan konsumen tetap optimis. Konsumsi rumah tangga menunjukkan pertumbuhan moderat, tercermin dari kenaikan Indeks Penjualan Ritel 0,55% yoy. Neraca perdagangan mencatat surplus USD 4,3 miliar pada Maret 2025, menandai surplus selama 59 bulan berturut-turut.

        Inflasi inti Indonesia berada di 2,48% yoy, dalam target Bank Indonesia, dipengaruhi diskon tarif listrik pemerintah. Stabilitas eksternal terjaga berkat daya saing ekspor, meski tantangan global tetap ada.

        Ketidakpastian kebijakan Presiden AS Donald Trump, khususnya terkait tarif perdagangan, memicu volatilitas pasar keuangan global. MSCI World terkoreksi 2,14% qtq dengan kenaikan Volatility Index (VIX). Beberapa negara seperti Hong Kong, Brasil, Korea Selatan, Inggris, dan Vietnam mencatat penguatan bursa berkat sentimen domestik positif, sementara bursa AS melemah akibat kebijakan proteksionis.

        Baca Juga: OJK Masih Godok Aturan Co-Payment Asuransi Kesehatan

        Pasar obligasi global, khususnya di negara berkembang, menguat dengan penurunan yield di berbagai negara, termasuk Indonesia. Yield SBN 10 tahun turun 10,4 bps, dengan investor nonresiden mencatat net buy Rp15,23 triliun.

        SSK Indonesia tetap resilien berkat koordinasi kebijakan dan optimisme ekonomi domestik. Kredit perbankan tumbuh 9,16% yoy, didorong kredit modal kerja Rp49,88 triliun. Piutang pembiayaan tumbuh 4,60% yoy, dan pinjaman Fintech P2PL naik 28,72% yoy menjadi Rp80,02 triliun.

        Dana Pihak Ketiga perbankan tumbuh 4,75% yoy, CAR tetap kuat di 25,43%, dan NPL net terjaga di 0,80%. Total aset 17 Konglomerasi Keuangan mencapai Rp10.265 triliun, naik 4,24% dari akhir 2024, terutama dari kenaikan kredit.

        IHSG turun 8,04% qtq menjadi 6.510,62, namun jumlah investor melonjak 24,88% yoy menjadi 15,77 juta SID. Di bursa karbon, pengguna jasa bertambah menjadi 111, dengan volume perdagangan karbon naik 166,93% dari 2024.

        Aset industri perasuransian, penjaminan, dan dana pensiun naik menjadi Rp2.739,52 triliun. Premi asuransi tumbuh 2,68% yoy, meski asuransi umum terkontraksi. Aset program pensiun wajib naik signifikan, sementara penjaminan produktif menurun 3,03% qtq.

        Aset PVML naik 1,18% menjadi Rp1.049,98 triliun, terutama dari pergadaian. Pinjaman pergadaian naik 8,77% qtq, sedangkan industri P2PL mencatat outstanding pinjaman Rp80,02 triliun dengan TWP naik tipis menjadi 2,77%.

        Baca Juga: Asuransi Wajib TPL Masih Tunggu PP, OJK Awasi Kesiapan Industri

        OJK menetapkan 26 penyelenggara ITSK, menerbitkan POJK No. 4/2025 tentang PAJK, dan menerima enam permohonan sandbox. Literasi keuangan menjangkau 5,43 juta peserta melalui 1.394 kegiatan, baik konvensional maupun syariah.

        Audit internal menghasilkan 49 rekomendasi, sementara tindak lanjut atas rekomendasi KPK dituangkan dalam rencana aksi integritas. UPG menerima 89 laporan gratifikasi, dan ruang lingkup sertifikasi SNI ISO 37001 SMAP diperluas ke seluruh satuan kerja OJK.

        Nilai IKU OJK triwulan I-2025 mencapai 68,27%, on-track dengan target. Realisasi anggaran Rp2,25 triliun atau 19,50% dari pagu. OJK melakukan pelatihan, rekrutmen, promosi, dan program pendidikan pegawai untuk mendukung kinerja.

        Secara keseluruhan, OJK mencatat kinerja solid di triwulan I-2025, menjaga stabilitas sektor jasa keuangan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan memperluas literasi keuangan. Tantangan global tetap ada, namun koordinasi kebijakan dan penguatan tata kelola menjadi kunci mempertahankan resiliensi sistem keuangan Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: