APPI Tegaskan Risiko Kredit UMKM Masih Terkendali Meski NPF Naik
Kredit Foto: Istimewa
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menegaskan risiko kredit pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih terkendali meski rasio non-performing financing (NPF) mengalami kenaikan. Data APPI per Mei 2025 mencatat NPF gross pembiayaan UMKM naik menjadi 3,19% dari 2,51% pada periode yang sama tahun lalu, sementara NPF net meningkat menjadi 1,29% dari 1,04%.
Outstanding pokok pembiayaan UMKM perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp169,52 triliun atau 31,90% dari total piutang industri. Angka itu turun Rp10,51 triliun atau 5,84% dibandingkan Mei 2024. Namun, jumlah kontrak pembiayaan justru tumbuh 18,09% menjadi 23,22 juta kontrak. Penyaluran terbesar masih berasal dari pembiayaan kendaraan roda empat baru senilai Rp56,91 triliun.
Ketua APPI Suwandi Wiratno menilai pencapaian itu menunjukkan kontribusi perusahaan pembiayaan terhadap sektor UMKM tetap kuat, meski tidak lepas dari tantangan risiko kredit.
Baca Juga: AFPI Tegas Bantah Tuduhan Kartel Bunga Fintech di KPPU
“UMKM itu gak mudah loh. Kalau kita tahu di perbankan kan ada yang namanya KUR. KUR itu kredit usaha rakyat. Katanya perbankan kapok karena NPL-nya tinggi. Tapi di perusahaan pembiayaan bisa menjaga NPL gross UMKM itu di 3,19. Nah memang gak gampang,” ujar Suwandi dalam Indonesia Best Multifinance Awards 2025, Rabu (27/8/2025).
Ia menambahkan, industri pembiayaan saat ini tengah berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait skema pelunasan cicilan agar lebih fleksibel, mengingat pelaku UMKM baru dapat membayar ketika memperoleh omzet.
“Kami ini bayarnya kan dicicil pokok dan bunga tiap bulan sama. Tolong kasih fleksibilitas dong ke kita. Karena pelaku UMKM ini kan pasti bayar, cuma hanya kalau dia dapat omzet dan untung,” kata Suwandi.
Baca Juga: Pakar Soroti Penggunaan SK AFPI dalam Kasus KPPU
Meski menghadapi tekanan, APPI menegaskan perusahaan pembiayaan telah melampaui ketentuan OJK yang mewajibkan porsi pembiayaan UMKM minimal 10% dari total aset. Saat ini, kontribusi perusahaan pembiayaan mencapai 35%.
“Artinya perusahaan pembiayaan sudah kontribusinya luar biasa ke sektor UMKM,” tutur Suwandi.
Peningkatan kontrak pembiayaan di tengah penurunan outstanding menunjukkan sektor UMKM masih menjadi prioritas industri pembiayaan. Namun, risiko kredit yang naik tetap menjadi perhatian utama pelaku industri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri