Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perjalanan 'Crazy Rich Tanjung Priok' Ahmad Sahroni dari Sopir hingga Punya Harta Rp328 Miliar

        Perjalanan 'Crazy Rich Tanjung Priok' Ahmad Sahroni dari Sopir hingga Punya Harta Rp328 Miliar Kredit Foto: Instagram/Ahmad Sahroni
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kisah hidup Ahmad Sahroni, seorang politisi dan pengusaha sukses, adalah narasi yang kuat tentang perjuangan dan transformasi. Dikenal dengan julukan "Crazy Rich Tanjung Priok" , perjalanan hidupnya dimulai dari latar belakang yang sangat sederhana. Lahir di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 8 Agustus 1977, Sahroni adalah putra dari Hernawati Peggy, seorang penjual nasi padang keturunan Minangkabau.   

        Setelah lulus sekolah menengah, Sahroni tidak langsung melanjutkan ke bangku kuliah. Ia harus bekerja serabutan untuk menyambung hidup, termasuk sebagai tukang semir sepatu, sopir, tukang cuci di kapal pesiar, dan pelayan. Pengalaman-pengalaman ini, meskipun berat, memberinya fondasi praktis yang kelak akan menjadi modal penting dalam karier bisnisnya. Setelah mengumpulkan modal dari hasil kerja kerasnya, ia melanjutkan pendidikan tinggi di sebuah institut ekonomi di Bekasi dan meraih gelar Sarjana Hukum (LLB) dari Universitas Borobudur.   

        Perubahan signifikan dalam karier Sahroni terjadi di dunia bisnis. Pada tahun 1998, ia memulai perjalanannya sebagai sopir di PT. Niaga Gemilang Samudra, dan kemudian pindah ke PT. Millenium Inti Samudra pada tahun 1999. Dengan cepat, ia menunjukkan mobilitas vertikal yang luar biasa. Hanya dalam beberapa tahun, ia naik jabatan dari staf operasional (2001) menjadi kepala operasional (2001), hingga mencapai posisi Direktur Operasional di PT. Millenium Inti Samudra pada tahun 2002.   

        Baca Juga: Suksesnya Alexander Tedja, dari Bisnis Layar Lebar hingga Jadi 'Raja Mall' Indonesia

        Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang industri yang ia geluti. Pada tahun 2003, ia memutuskan untuk merintis jalan sendiri dengan mendirikan PT. Sagakos Intec, di mana ia menjabat sebagai Direktur Utama. Langkah ini diikuti dengan pendirian dua perusahaan lain, PT. Ekasamudra Lima (2005) dan PT. Ruwanda Satya Abadi (2008), yang juga ia pimpin sebagai Direktur Utama. Bisnis utamanya berfokus pada sektor bahan bakar dan maritim, dengan kepemilikan beberapa kapal tongkang pengangkut BBM.   

        Kekayaan Sahroni tercatat dalam laporan e-LHKPN terbaru sebesar Rp328 miliar. Ia memiliki properti di Jakarta dan Bali, serta koleksi kendaraan mewah, termasuk Ducati dan BMW. Julukan "Crazy Rich Tanjung Priok" tidak hanya merujuk pada kekayaannya yang fantastis, tetapi juga pada kontras dramatis antara asal-usulnya yang sederhana dan gaya hidupnya yang glamor. Rumah tujuh lantainya yang megah di Tanjung Priok menjadi simbol nyata dari transformasi hidupnya, meskipun kelak menjadi saksi dari kejatuhannya.   

        Setelah sukses di dunia bisnis, Sahroni beralih ke panggung politik. Ia bergabung dengan Partai Nasdem dan memegang jabatan strategis sebagai Bendahara Partai Nasdem DKI Jakarta. Pada Pemilu 2014, ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR dari daerah pemilihan Jakarta ke-3 dan berhasil memenangkan kursi dengan perolehan 60.683 suara. Ia kembali terpilih untuk periode kedua (2019) dan ketiga (2024), menunjukkan dukungan publik yang terus meningkat.   

        Di parlemen, ia menjabat sebagai anggota Komisi III DPR RI yang membidangi isu hukum, HAM, dan keamanan. Pada periode 2019-2024, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Komisi III. Selain itu, ia juga ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Formula E 2022 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan. Peran-peran ini menunjukkan bagaimana ia berhasil menerjemahkan modal dan koneksi non-politiknya menjadi pengaruh politik yang signifikan.   

        Karier Sahroni mencapai puncak kontroversinya pada Agustus 2025 di tengah gejolak demonstrasi publik. Ia membuat pernyataan yang sangat kontroversial dengan menyebut, "Mental manusia yang begitu adalah mental manusia tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma mental bilang bubarin DPR, itu adalah orang tolol sedunia,".   

        Baca Juga: Cerita Takaya Awata Membangun Marugame Udon, dari Drop Out Kuliah hingga Sukses Punya Ribuan Gerai Kuliner

        Pernyataan ini segera memicu kemarahan publik. Sahroni bahkan ditantang berdebat oleh seorang aktivis muda bernama Salsa Erwina Hutagalung. Alih-alih meladeni tantangan, Sahroni justru mengaku "masih bloon" dan "bego" , yang semakin memicu amarah.   

        Gelombang kemarahan memuncak pada 30 Agustus 2025, ketika rumah mewah Sahroni di Tanjung Priok dijarah dan dijarah oleh massa yang marah. Rumah yang tadinya simbol keberhasilan, kini menjadi sasaran kemarahan publik yang merasa terhina.   

        Menanggapi gejolak ini, Partai Nasdem bertindak cepat. Sahroni dicopot dari jabatannya sebagai Wakil Ketua Komisi III dan dipindahkan menjadi anggota Komisi I pada 30 Agustus 2025. Namun, langkah ini tidak cukup. Sehari kemudian, pada 31 Agustus 2025, Ketua Partai Nasdem, Surya Paloh, secara resmi mengumumkan pencopotan Sahroni dari jabatannya sebagai anggota DPR, efektif per 1 September 2025.   

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: