Kredit Foto: KPI
Harga minyak dunia melemah pada perdagangan di Kamis (11/9). Koreksi ini terjadi karena kekhawatiran terhadap melemahnya permintaan dan ancaman kelebihan pasokan global, yang menutupi risiko gangguan suplai dari konflik di Timur Tengah dan Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Jumat (12/9), Minyak Brent turun 1,7% menjadi US$66,37. Sementara West Texas Intermediate (WTI) turun 2,0% menjadi US$62,37.
Baca Juga: Dirjen Migas Panggil Pengelola BP AKR, Vivo, Shell hingga Pertamina, Ini Alasanya
Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanannya memperkirakan pasokan minyak global akan naik lebih cepat dari perkiraan tahun ini karena rencana peningkatan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Sekutunya (OPEC+).
“Pasar merespons headline bearish dayang menyebut risiko kelebihan pasokan besar tahun depan,” kata Analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
OPEC+ sebelumnya sepakat untuk menaikkan produksi mulai bulan depan, meski dalam laporan terpisah mereka disebut mempertahankan proyeksi permintaan dan pasokan non-member tetap stabil.
Baca Juga: Presiden BP AKR: Tambah SPBU Tak Relevan Bila BBM Kosong
China juga menjadi sorotan terkait dengan berapa lama mereka mampu menyerap surplus pasokan dan menjaga persediaan rendah dari negara-negara OECD.
Dari Rusia, pendapatan dari ekspor minyak mentah dan produk turun pada bulan lalu ke salah satu level terendah sejak invasi ke Ukraina. AS dan Uni Eropa juga tengah membahas pembatasan perdagangan energi Rusia.
Baca Juga: BPDP Raih Penghargaan Pendukung UMKM Petani Kelapa Sawit
Sementara Adani Group India dilaporkan melarang kapal tanker yang dikenai sanksi masuk ke pelabuhannya. Hal ini menjadi sebuah langkah yang bisa menghambat pasokan minyak untuk dua kilang dari India.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar