Kredit Foto: PT Timah
PT Timah Tbk (TINS) melaporkan kinerja keuangan yang tertekan pada semester I-2025. Perseroan membukukan laba bersih Rp300 miliar, turun 30,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp434 miliar.
Penurunan laba sejalan dengan pendapatan yang merosot 19% menjadi Rp4,2 triliun dari Rp5,19 triliun pada semester I-2024. Direktur Operasi PT Timah, Nur Adi Kuncoro, menyampaikan hal tersebut dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin (22/9/2025).
“Laba rugi semester I-2025 tercapai di angka Rp300 miliar, memang lebih rendah daripada tahun lalu yang mencapai Rp434 miliar,” ujarnya.
Baca Juga: TINS Bukukan Laba Rp300 Miliar di Semester I 2025
Dari sisi neraca, aset perusahaan per Juni 2025 tercatat Rp12,3 triliun, liabilitas Rp5,03 triliun, dan ekuitas Rp7,2 triliun. Arus kas dari aktivitas operasi mencapai Rp469 miliar, sementara interest bearing debt (IBD) sebesar Rp1,3 triliun.
“Ini juga sudah lebih bagus daripada tahun lalu, jadi kami berusaha melunasi utang agar tidak menjadi beban operasional maupun keuangan,” tambahnya.
Namun, tekanan terbesar datang dari sisi produksi. Produksi bijih timah anjlok 32% menjadi 6.997 ton secara tahunan. Produksi logam turun menjadi 6.870 ton, dengan volume penjualan hanya 5.983 ton.
“Kinerja operasi dari produksi bijih memang turun secara year on year dibandingkan 2024, yaitu 6.997 ton atau turun 32% dari tahun sebelumnya,” jelas Nur Adi.
Baca Juga: Produksi Bijih PT Timah Turun 32 Persen, Ini Penyebabnya
Ia menambahkan, penurunan produksi dipicu keterbatasan alat produksi, terutama kapal isap, serta faktor cuaca ekstrem sepanjang 2025. Beberapa lokasi tambang seperti Olivier di Laut Belitung, Briga di Bangka Tengah, dan Laut Trias di Bangka Selatan juga belum bisa beroperasi optimal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: