Kredit Foto: Ida Umy Rasyidah
Kementerian Keuangan mencatat inflasi Indonesia pada Agustus 2025 stabil di angka 2,31 persen secara tahunan (year-on-year). Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut tingkat inflasi ini ideal untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus menopang pertumbuhan ekonomi.
“Inflasi cukup stabil, ini menopang daya beli masyarakat, ini di tengah banyak negara yang masih berjuang mengatasi tekanan. Jadi kita lumayan baik di level kalau kita lihat di situ 2,31%. Ini level inflasi yang amat ideal,” jelas Purbaya dalam konferensi pers APBN Kita edisi September 2025, Senin (22/9/2025).
Purbaya menegaskan, konsensus ekonomi global menempatkan inflasi sehat pada kisaran 1 hingga 3 persen. Inflasi nol persen, menurutnya, justru menandakan lemahnya permintaan, sementara inflasi di atas 10 persen berpotensi menekan daya beli.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis di RAPBN 2026 Berisiko Picu Inflasi Pangan
“Jadi inflasi yang bagus tuh bukan 0, bukan juga di atas 10. Tapi sekarang konsensus ekonomi global tuh antara 1 sampai 3% dan kita sekarang di 2,3% ya level yang pas lah,” ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi inti mencapai 2,17 persen, sementara inflasi administered price sebesar 1 persen dan volatile food 4,47 persen. Pemerintah memprioritaskan stabilitas harga pangan melalui intervensi harga dan penguatan peran Bulog, termasuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk beras.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah menyiapkan bantuan pangan berupa beras dan minyak goreng untuk periode Oktober–November 2025. Upaya ini diharapkan memperkuat daya beli masyarakat, khususnya kelompok rentan.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Dalami Kebijakan Cukai Rokok, Ekonom Ingatkan Ancaman Rokok Ilegal
Dibandingkan negara lain, inflasi Indonesia tergolong rendah. Malaysia mencatat inflasi 1,2 persen, Jepang 2,7 persen, Amerika Serikat 2,9 persen, India 2,1 persen, sedangkan Argentina dan Turki masih bergulat dengan inflasi tinggi masing-masing 33,6 persen dan 33 persen.
“Singapura 0,6% itu gak bagus. Di bawah 1,5% biasanya jelek karena demand terlalu rendah. Jadi patokan ekonomi tuh seperti itu. Malaysia 1,2%. Agak jelek. Kita lumayan lah, kita ideal kalau bisa dijaga konsensus sekitar 2 sampai 3,” kata Purbaya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: