Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jadi Antitesis Unicorn, Bisnis Zebra Tekankan Keberlanjutan dan Arus Kas Sehat

        Jadi Antitesis Unicorn, Bisnis Zebra Tekankan Keberlanjutan dan Arus Kas Sehat Kredit Foto: Uswah Hasanah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Model zebra startup dipandang sebagai bentuk wirausaha sosial yang lebih sesuai dengan karakteristik bisnis di Indonesia. CEO Instellar Impact, Romy Cahyadi, menjelaskan bahwa zebra muncul sebagai antitesis dari unicorn yang selama ini mendominasi dunia digital.

        “Kenapa zebra ini muncul? Karena dia sebetulnya antitesis dari model unicorn yang banyak berkembang di dunia digital startup. Padahal sebetulnya di Indonesia sebagian besar bisnis itu tidak cocok dengan model unicorn, karena yang lebih banyak itu cocok adalah model zebra ini,” kata Romy dalam peluncuran buku The Zebra Accelerator Playbook di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

        Romy memaparkan tiga ciri utama bisnis zebra. Pertama, impact focus, yaitu perusahaan didirikan dengan tujuan menyelesaikan persoalan sosial atau lingkungan. Kedua, berkelanjutan secara bisnis maupun keuangan. Ketiga, memiliki arus kas positif sehingga mampu membiayai operasional tanpa ketergantungan pada pendanaan eksternal.

        Baca Juga: P&G dan TikTok Rayakan Setahun Jalin Nusantara, Dorong Keterampilan Digital Guru dan Murid SMK

        Dengan karakter tersebut, zebra berbeda dari unicorn yang mengutamakan valuasi tinggi. 

        “Contohnya bisnis yang ingin membantu supaya petani lebih meningkat kesejahteraannya, atau membantu nelayan dengan budidaya rumput laut, maupun perusahaan yang mengolah limbah menjadi bahan baku baru,” ujar Romy.

        Selain itu, lanjutnya, zebra menimbulkan multiplier effect positif dalam rantai pasok. Model ini tidak hanya fokus pada nilai pemegang saham, tetapi juga pemangku kepentingan lain sehingga manfaatnya dirasakan lebih luas.

        Managing Director Instellar Investment, Stephany Hermawan, menambahkan bahwa wirausaha sosial sejatinya sudah lama ada di Indonesia. 

        “Sebenarnya wirausaha sosial itu sudah ada dari zaman dulu. Orang ingin berbuat kebaikan dan memberikan solusi terhadap masalah di dunia, apalagi di Indonesia yang sejak dahulu punya banyak inisiatif serupa,” katanya.

        Baca Juga: Kolaborasi Strategis MahakaX dan Tencent Cloud, Hadirkan Digital Human Berbasis AI di Indonesia

        Dalam kesempatan itu, Instellar Impact meluncurkan buku The Zebra Accelerator Playbook yang berisi panduan praktis untuk mendukung wirausaha sosial. Buku tersebut menyajikan teori, contoh nyata, serta lembar kerja yang dapat dipakai inkubator, akselerator, maupun enterprise support organization (ESO).

        “Yang kita harapkan adalah dengan buku ini, ada lebih banyak lagi ESO, inkubator, akselerator di seluruh Indonesia yang bisa kasih dukungan yang sistematis dan lebih bagus kepada para zebra ini,” jelas Romy.

        Ia menegaskan, jika model zebra diperkuat, maka industri nasional akan tumbuh dengan fundamental lebih sehat serta memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: