Kredit Foto: Antara/Anis Efizudin
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,21 persen pada September 2025 setelah mencatat deflasi di bulan sebelumnya. Dengan perkembangan ini, inflasi tahun kalender tercatat 1,82 persen, sementara inflasi tahunan (y-on-y) mencapai 2,65 persen.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi bulanan, dengan kenaikan 0,38 persen dan andil 0,11 persen. Komoditas yang paling dominan adalah cabai merah, daging ayam ras, dan cabai hijau.
Menariknya, pada periode yang sama tahun 2024, ketiga komoditas tersebut sebenarnya justru memberikan andil deflasi. Pergeseran ini menunjukkan dinamika harga pangan yang dipengaruhi musim panen, pasokan, serta pola konsumsi masyarakat.
Di sisi lain, sejumlah komoditas pangan utama justru menekan inflasi. Bawang merah memberikan andil deflasi terbesar sebesar 0,12 persen, disusul tomat, bawang putih, cabai rawit, serta beras.
Deflasi beras bulan September 2025 bahkan menjadi yang kedua sepanjang tahun ini, setelah sebelumnya terjadi pada April 2025. Penurunan harga beras ini berlawanan dengan tren historis, karena pada September 2021–2024 beras selalu mengalami inflasi.
Inflasi tidak merata di seluruh provinsi. Riau mencatat inflasi tertinggi (1,11 persen), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Papua Selatan (-1,08 persen). Secara keseluruhan, 24 provinsi mengalami inflasi, sementara 14 provinsi mencatat deflasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: