Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Gelaran Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025 menyoroti transisi menuju kendaraan listrik (EV) yang dinilai menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat hilirisasi industri dan menciptakan nilai tambah ekonomi nasional.
Melalui pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir, pemerintah mendorong agar proses hilirisasi tidak hanya berorientasi ekspor, tetapi juga memperkuat daya saing dan menciptakan lapangan kerja baru.
Pesan tersebut mengemuka dalam sesi “Memaksimalkan Manfaat Ekonomi dan Sosial dari Transisi Kendaraan Listrik” pada IISF 2025 di Jakarta.
Baca Juga: RI Berkomitmen Kuat Jadi Pemain Utama Rantai Pasok Kendaraan Listrik Global
Dalam forum itu, Kementerian Investasi/BKPM menegaskan bahwa hilirisasi merupakan pendorong utama terbentuknya ekosistem industri berkelanjutan.
“Indonesia kini memasuki tahap di mana hilirisasi tidak lagi hanya soal menambah nilai ekspor, tetapi membangun ekosistem industri yang berkelanjutan dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Dari sini, Indonesia memperoleh nilai tambah dan daya saing yang jauh lebih kuat,” ujar Direktur Strategi dan Tata Kelola Hilirisasi Kementerian Investasi/BKPM, Ahmad Faisal Suralaga dalam keterangan tertulis, Senin (13/10/2025).
Ia menambahkan, hilirisasi industri kendaraan listrik telah menciptakan manfaat ekonomi nyata.
“Ekosistem dalam negeri terbentuk, ekspor meningkat, devisa bertambah, dan lapangan kerja tumbuh—lebih dari 10 ribu tenaga kerja telah terserap dari proyek-proyek yang sudah berjalan,” jelasnya.
Ke depan, pemerintah menilai tantangan utama adalah memperkuat struktur industri domestik agar mampu menjaga keberlanjutan manfaat ekonomi tersebut.
Baca Juga: Infrastruktur Pengisian Daya Kendaraan Listrik Terus Tumbuh
“Ke depan, tantangannya adalah memperkuat ekosistem dalam negeri agar manfaat ekonomi ini terus berlipat,” ujarnya.
Dalam forum yang sama, Deputi Koordinator Sekretariat Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Dimas Muhamad, mengingatkan bahwa hilirisasi harus diarahkan untuk meningkatkan inovasi nasional.
“Hilirisasi adalah alat, bukan tujuan. Saat ini, industri baterai Indonesia seolah bertumpu pada kekayaan alam kita khususnya nikel, ke depannya harus digerakkan bukan oleh apa yang ada di bawah tanah Indonesia tapi inovasi manusia yang berada di atasnya—riset, teknologi, dan kreativitas,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri