Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Akuisisi KOKA oleh Perusahaan China Tunggu Lampu Hijau Regulator

        Akuisisi KOKA oleh Perusahaan China Tunggu Lampu Hijau Regulator Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Koka Indonesia Tbk (KOKA) tengah bersiap menjalani proses akuisisi oleh perusahaan asal China, Ningbo Lixing Enterprise Management Co., Ltd. (NLEM), yang dimiliki oleh Liqin Group. 

        Langkah strategis ini diharapkan menjadi titik balik bagi perseroan yang tengah berupaya memperbaiki kinerja keuangannya setelah mencatat kerugian sepanjang 2025.

        Dalam paparan publik insidentil yang digelar Selasa (14/10/2025), Direktur KOKA, William, menjelaskan bahwa jika akuisisi disetujui oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka NLEM akan bergabung sebagai pengendali baru bersama Gao Jing.

        “Saya harapkan hadirnya NLEM ini bersama-sama dengan pengendali yang ada, sehingga pengendali Perseroan nanti menjadi Gao Jing dan NLEM secara bersama-sama. Saya tegaskan sekali lagi, bukan menggantikan tapi menambah secara bersama-sama,” ujar William.

        Baca Juga: Bakal Jadi Pengendali Baru, Perusahaan Singapura Akuisisi 35,91% Saham SMKM

        Sebagai bentuk komitmen terhadap tata kelola dan stabilitas pengendalian, NLEM menyatakan kesediaannya untuk melakukan lock-up selama lima tahun, bersamaan dengan Gao Jing sebagai pengendali utama. 

        Apabila disetujui oleh regulator, total saham yang dikunci akan meningkat dari 42,75 persen menjadi 78,5 persen dari total saham beredar. Langkah ini diharapkan dapat menegaskan komitmen jangka panjang investor strategis terhadap KOKA.

        Rencana akuisisi tersebut muncul di tengah tekanan kinerja perseroan yang terus menurun sejak 2024. Pada kuartal II 2025, KOKA mencatat rugi kotor sebesar Rp9,68 miliar, berbanding terbalik dengan laba kotor Rp492 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

        Penurunan tersebut dikaitkan dengan kebijakan perusahaan China yang hanya menunjuk kontraktor dari BUMN atau perusahaan terbuka asal negaranya, membuat kontraktor lokal seperti KOKA kehilangan peluang proyek besar di Kalimantan dan Sulawesi.

        William menuturkan bahwa pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan NLEM sebagai langkah awal akuisisi. 

        “Kami telah menyampaikan seluruh dokumen kepada BEI dan tinggal menunggu persetujuan. Begitu lampu hijau keluar, proses akuisisi akan langsung dijalankan,” jelasnya.

        Baca Juga: Akuisisi Ganda, Strategi PTRO Dorong Margin dan Pendapatan

        NLEM diketahui berbasis di Ningbo, Zhejiang, Tiongkok, dengan modal disetor 50 juta yuan dan total aset lebih dari 800 juta yuan. Entitas ini dimiliki langsung maupun tidak langsung oleh WeChat Group dan memiliki sekitar 230 karyawan profesional di bidang investasi dan analisis bisnis.

        KOKA memastikan bahwa pasca akuisisi, arah bisnis utama tidak akan berubah. Perusahaan tetap fokus di sektor konstruksi, namun terbuka terhadap potensi ekspansi di bidang terkait. 

        “Kami percaya kehadiran NLEM akan membawa energi baru bagi KOKA dan memperluas jangkauan bisnis ke tingkat regional,” kata William menutup pemaparannya.

        Meski perdagangan saham KOKA sempat disuspensi pada 18 September 2025 karena isu kepatuhan lock-up saham, manajemen optimistis proses akuisisi ini akan memperkuat kepercayaan pasar. 

        Dalam sebulan terakhir, harga saham KOKA melonjak 308 persen, dari Rp96 per saham menjadi salah satu emiten konstruksi yang paling aktif diperbincangkan di bursa.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: